BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Para ekonom dunia meyakini 2020 atau 2021 merupakan puncak resesi ekonomi. Merosotnya perekonomian ini terlihat dari hasil survei dikeluarkan oleh Asosiasi Nasional untuk Ekonomi Bisnis (NABE).
“Para ekonom memang memprediksi itu akan terjadi. Tapi menurut saya itu semoga hanya sebatas prediksi sensasional,” kata Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bang Indonesia, Sahman dalam diskusi Capacity Building BI Riau, Sabtu kemarin.
Dia menilai, kondisi suku bunga jangka panjang relatif lebih rendah dianggap menjadi salah satu pemicu anjloknya perekonomian. Idealnya suku bunga jangka panjang seharusnya lebih tinggi.
Namun demikian kondisi tersebut juga diikuti oleh tingginya diman [permintaan] terhadap surat berharga. Akan tetapi, ramalan-ramalan para ekonom ini patut untuk dicermati.
“Memang kalau kita perhatian secara seksama ada banyak negara-negara yang saat ini menurunkan suku bunga jangka panjang. Kemudian spekulasi-spekulasi juga masih ada, dan itu akan menjadi risiko dalam perekonomian,” kata Sahman.
Ramalan resesi ekonomi terjadi dengan alasan semakin banyak stimulus dan perubahan kebijakan yang dibuat. Stimulus itu antara lain penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.
NABE dalam laporannya menuliskan saat ini ada 2% dari 226 responden yang memproyeksikan resesi terjadi tahun ini, dibandingkan dengan 10% dalam survei Februari.
“Responden survei menunjukkan bahwa peningkatan (risiko resesi) akan tertunda karena perubahan kebijakan moneter,” kata Presiden NABE Constance Hunter, yang juga merupakan kepala ekonom sebuah lembaga jasa keuangan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump secara terus-menerus menyerang The Fed. Ia menuntut lebih banyak stimulus untuk dilakukan oleh lembaga yang dipimpin oleh Jeremy Powell itu. (bpc3)