BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Daerah dengan Sumber Daya Alam (SDA) besar cenderung merasakan dampak lebih lama dan kesulitan bangkit saat perekonomian daerah itu turun. Kondisi seperti ini juga dialami Riau sebagai daerah dengan kekayaan minyak melimpah.
“Ini semacam “kutukan” bagi daerah kaya SDA. Analisisnya sederhana, daerah dengan SDA melimpah memiliki ketergantungan terhadap SDA tersebut. Pada saat harga komoditi jatuh maka akan diikuti dengan turunnya perekonomian. Sehingga untuk bangkit sangat sulit,” kata Sahman dari Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia.
Kecenderungan ini, menurut Sahman bisa dilihat dari daerah-daerah yang memang sejak awal bergantung pada SDA, seperti di Riau. 2 komoditi unggulan seperti Migas dan sawit memang memberikan kontribusi besar tergadap perekonomian daerah. Namun kedua komoditas itu sangat dipengaruhi oleh permintaan global.
Berbeda dengan daerah yang minim SDA. Sehingga Pemdanya berupaya keras membangkitkan perekonomian masyarakat dengan sumber-sumber baru. Dilihat dari sisi lain, kecenderungan kepedulian masyarat juga jauh berbeda. Perbedaan itu terlihat dari kasus-kasus hukum yang di sektor SDA.
“Misalnya jika ada pejabatnya yang korupsi, paling berapalah. SDA masih banyak dan itu sejak awal memang sudah ada. Tapi bagi daerah dengan pertumbuhan ekonominya dibangun dengan inovasi masyarakat, cara pandangnya sangat berbeda. Mereka tidak terima kalaj ada pejabatnya korupsi karena mereka ikut bayar pajak, gejolaknya juga berbeda,” sambungnya.
Oleh sebab itu, dia menjelaskan “kutukan” daerah kaya SDA yakni cenderung merasakan dampak yang lebih panjang terhadap penurunan ekonomi. Sehingga kesadaran-kesadaran untuk bangkit tidak hanya datang dari Pemda melainkan juga dari masyarakatnya. (bpc3)