BERTUAHPOS.COM — Harga kontrak CPO/minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) di Bursa Derivatif Malaysia ditutup menguat pada perdagangan Kamis, 10 April 2025.
Kenaikan ini didorong oleh sentimen positif dari menguatnya harga kedelai dan minyak mentah global. Penguatan ini menjadi sinyal positif bagi pelaku industri di tengah ketidakpastian pasar global.
Pada penutupan perdagangan, kontrak CPO April 2025 tercatat naik RM18 menjadi RM4.444 per ton. Kenaikan juga terjadi pada kontrak Mei 2025 yang naik RM32 ke posisi RM4.331 per ton. Sementara kontrak Juni 2025 melonjak signifikan sebesar RM52 menjadi RM4.200 per ton.
Kenaikan harga terus berlanjut pada kontrak jangka menengah. Kontrak Juli dan Agustus 2025 masing-masing mengalami lonjakan RM61, sehingga menjadi RM4.122 dan RM4.072 per ton. Sementara kontrak September 2025 ikut terdongkrak RM59 dan menetap di level RM4.044 per ton.
Namun demikian, aktivitas perdagangan menunjukkan penurunan. Volume transaksi tercatat menurun menjadi 90.966 lot dibandingkan 132.491 lot pada hari sebelumnya. Open interest atau jumlah kontrak terbuka juga turun tipis menjadi 247.188 kontrak dari sebelumnya 248.610.
Di sisi lain, meski harga kontrak berjangka menguat, harga fisik CPO untuk wilayah Selatan Malaysia justru mencatat penurunan. Harga fisik untuk pengiriman April turun RM50 menjadi RM4.550 per ton.
Dilansir dari Bernama, Jumat, 11 April 2025, analis perdagangan komoditas, David Ng, mengatakan bahwa lonjakan harga CPO juga dipengaruhi oleh pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait penundaan selama 90 hari atas penerapan tarif dagang timbal balik. Kebijakan ini dinilai menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap dampak kebijakan proteksionis yang bisa menekan ekspor.
“Kami melihat level support saat ini berada di RM4.150 per ton, sementara resistance diperkirakan menyentuh RM4.320 per ton,” ujar David.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun sentimen jangka pendek di pasar berjangka terlihat positif, pasar fisik masih menghadapi tekanan dari sisi permintaan riil atau potensi stok yang melimpah.
Dengan pergerakan harga yang dinamis, pelaku industri dan eksportir sawit di kawasan Asia diharapkan terus memantau perkembangan global, khususnya kebijakan dagang Amerika Serikat yang bisa berdampak langsung terhadap volume dan nilai ekspor minyak sawit.***