BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Lebaran di Indonesia tidak pernah lengkap tanpa kehadiran ketupat di meja makan.
Makanan khas ini, yang terbuat dari anyaman janur daun kelapa muda yang diisi dengan beras, menjadi lambang kebersamaan dan tradisi yang tidak tergantikan.
Tetapi, mengapa ketupat begitu erat terkait dengan perayaan Lebaran? Mari kita eksplorasi lebih jauh.
Sejarah ketupat menemukan akarnya dalam cerita-cerita masa lalu, di mana Sunan Kalijaga, salah satu tokoh sufi terkemuka di Jawa, dikatakan telah memperkenalkan tradisi makan ketupat saat Lebaran.
Kehadiran ketupat bukan hanya sebagai hidangan lezat, tetapi juga sebagai simbol dari semangat berbagi dalam masyarakat.
Dalam tradisi yang dimulai oleh Sunan Kalijaga, masyarakat saling membuat dan memberikan ketupat kepada tetangga dan kerabat sebagai ungkapan kebersamaan dan persaudaraan.
Namun, ketupat tidak hanya memiliki makna sosial, tetapi juga nilai filosofis yang dalam.
Anyaman ketupat diibaratkan sebagai simbol kesalahan manusia yang kompleks.
Namun, ketika ketupat dibelah, terungkaplah warna putih di dalamnya, yang melambangkan kesucian hati setelah melalui masa perjuangan melawan hawa nafsu selama bulan puasa.
Filosofi ini mencerminkan kedalaman pemikiran para wali dalam menyebarkan ajaran Islam di masa lalu.
Mereka tidak hanya mengenalkan ajaran agama, tetapi juga menghargai dan mengintegrasikan budaya lokal dalam dakwah mereka.
Ketupat menjadi salah satu contoh bagaimana Islam meresap dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia tanpa kehilangan identitas budayanya.
Dengan demikian, ketupat bukan sekadar hidangan Lebaran, tetapi juga sebuah simbol keberagaman, kebersamaan, dan nilai-nilai spiritual yang diperjuangkan oleh para tokoh agama di masa lalu.
Semoga makna dan pesan yang terkandung dalam ketupat ini terus menginspirasi dan membawa keharmonisan di tengah-tengah masyarakat kita. Selamat Lebaran!***