BERTUAHPOS.COM — Polemik aktivis HAM Natalius Pigai soal rasisme—yang menyangkut Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ganjar Pranowo dan Jawa Tengah—turut menyita perhatian Direktur Wahid Institute Yenny Wahid.
Apa yang disampaikan Pigai soal rasisme di Papua tidak sepenuhnya keliru. Ada banyak hal yang belum selesai di Bumi Cendrawasih itu. “Tentang Papua itu ada benarnya,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, 7 Oktober 2021.
Dia mengungkapkan, terhadap saudara-saudara di Papua, masih ada setumpuk persoalan, terutama terkait keadilan sosial kesejahteraan masyarakat Papua yang masih harus ditingkatkan.
Dalam masalah ini, kata dia, masyarakat Indonesia diminta untuk mendengarkan sudut pandang sebagai Bangsa Indonesia dalam melihat polemik tersebut. Namun begitu, apa yang disampaikan Pigai ke muka publik bukan hanya sekedar persoalan HAM, “tetapi kental unsur politisnya,” tuturnya.
Bagi Yenny Wahid, Natalius Pigai bukan sekedar aktivis HAM, tetapi juga seorang aktivis politik yang punya tujuan-tujuan politis. “Oleh karena itu, publik harus cermat dalam memahami pernyataan Pigai.”
Terhadap polemik Pigai dalam unggahannya di Sosial media yang menyangkut Presiden Joko Widodo, ganjar Pranowo dan Jawa Tengah, Yenny menilai apa yang diungkapkan Pigai punya multiinterpretasi di mata publik atau pun pakar politik.
“Kalau kita hanya membaca secara simplistik saja apa yang disebutkan Bung Pigai jelas itu salah, rasisme kepada siapa pun itu tidak dibenarkan,” katanya.
Sikap rasisme kepada orang Papua, Jawa, Sulawesi atau Sumatera adalah hal yang salah dan tidak bisa diterima di Indonesia. Meskipun kesal dan marah, tapi sebaiknya kesalahan seseorang tidak dibalas dengan kesalahan yang sama karena pada akhirnya hanya akan membuat masalah baru.
Yenny Wahid kemudian mengutip sebuah ungkapan: Puluhan kesalahan tidak membuat satu kebenaran. “Jadi, walau kita kesal dan marah, tapi kita tidak boleh membalasnya dengan hal yang salah pula,” katanya.
Namun, dia turun mendukung pernyataan Pigai tentang persoalan-persoalan di Papua, tapi tidak membenarkan cara dalam mengekspresikan kekesalannya. Bahkan, ada banyak orang Papua yang dia kenal, tidak mendukung dengan apa yang yang disampaikan Pigai.
“Cara beliau mengekspresikan kekesalannya itu membuat kesalahan baru dan berakibat, berdampak pada masyarakat Papua sendiri,” katanya. (bpc2)