BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Tumpukan sampah di mana-mana memang menjadi persoalan serius yang hingga kini belum terselesaikan oleh pemerintah. Kehadiran bank sampah selayaknya menjadi solusi baru terhadap kondisi finansial masyarakat.
Seperti Bank Sampah Agrowisata Ibnu Al-Mubarok di Jalan Sri Amanah, Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru. Bank sampah ini menampung sampah dari masyarakat untuk diolah menjadi sebuah kerajinan, pupuk organik hingga pakan ternak.
“Kami menyadari bahwa masih banyaknya tumpukan sampah di sekitar kita menjadi masalah serius yang harus diselesaikan bersama. Ini semua karena minimnya kesadaran masyarakat untuk mengolahnya menjadi hal yang bermanfaat,” kata Ketua Bank Sampah Agrowisata Ibnu Al-Mubarok Muharrami saat berbincang dengan Bertuahpos.com, Jumat, 23 September 2022.
Dia menambahkan, hadirnya bank sampah ini sejatinya menjadi wadah untuk meminimalisir limbah sampah, sekaligus memberi keuntungan secara finansial bagi masyarakat. “Masyarakat kita harus sadar, mereka hanya perlu menjual sampah untuk mendapatkan uang,” katanya.
Bank sampah ini hadir karena adanya persoalan lingkungan dari sampah-sampah rumah tangga yang menumpuk. Meski masih dalam hitungan bulan berdiri, bank sampah ini sudah didukung dengan fasilitas memadai untuk mengelola sampah-sampah itu.
Kehadiran Bank Sampah Agrowisata Ibnu Al-Mubarok ternyata cukup banyak menyita perhatian publik, terutama kalangan organisasi, pelajar, mahasiswa hingga pemerintah, bahkan seorang pengusaha asal negeri Paman Sam, untuk mengetahui lebih jauh bagaimana sampah ini bisa diolah menjadi sesuatu yang berharga.
“Awal berdiri, bank sampah ini dikelola secara mandiri atas nama Yayasan Ulil Albab, di bawah naungan pelindung/yayasan Rinwiningsih, S.S. Kini kita telah bekerjasama dengan pihak Universitas Lancang Kuning dan PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR) terhitung sejak 5 dan 3 bulan terakhir,” tutur Muharrami.
“Setelah kita lihat ada tumpukan sampah yang membusuk begitu saja, kita kompromi, ajak ibu-ibu yayasan. Beberapa hari setelah itu kita ambil kesimpulan kita kelola sampah ini,” sebutnya.
Muharrami menjelaskan, pertama, sampah-sampah itu dibuat menjadi pupuk kompos organik. Sedangkan untuk sampah jenis kertas, dikumpulkan untuk dijual.
Sesuai namanya, bank sampah ini memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Sumber sampah diutamakan dari masyarakat sekitar. Selain itu, bank sampah ini juga bekerjasama dengan pihak sekolah di kawasan Kecamatan Rumbai.
Prosedurnya, tiap masyarakat yang menyerahkan sampah rumah tangga mereka di tempat ini akan diberikan buku tabungan, untuk kemudian dicatat apa saja jenis dan berat sampah yang disetor.
Masyarakat bisa menentukan pilihan apakah hasil dari sampah yang mereka tabung diuangkan secara cash atau ditabung terlebih dahulu. “Biasanya merek antar ke kita seminggu sekali,” ujar pria yang akrab disapa Ami ini.
Di sini, mulai dari peralatan, pakan ternak, hingga kebutuhan lainnya untuk menunjang pengelolaan, diproduksi secara mandiri. Langkah ini efektif untuk menekan dana produksi, salah satunya dengan memanfaatkan barang-barang yang ada.
Dari bank sampah ini, beberapa jeni produk kerajinan sudah dihasilkan. Antara lain, pupuk lindi yang berasal dari limbah rumah tangga seperti sisa makanan, buah, dan batang pisang. Lalu pupuk kompos dari sampah organic, azolla, maggot, limbah plastik dan kain yang disusun di dalam botol plastik kemudian di kreasikan menjadi kursi, meja, hiasan dinding, tas dan lainnya.
Salah satu produk dari agrowisata ini yang semua bagiannya dapat dimanfaatkan dan dijual yaitu produksi ulat maggot.
Keuntungan yang diperoleh dari bank sampah digunakan untuk pengelolaan bank sampah serta keperluan pondok pesantren.
“Masyarakat dari kalangan apapun dipersilahkan untuk berkunjung atau sekedar melihat-lihat ataupun berkontribusi lebih bagi orang-orang yang memiliki minat dan ketertarikan dalam pelestarian lingkungan.”
“Kami tiap hari buka, kapan aja. Yang penting ada pemberitahuan. Untuk kegiatan lain kita sering bikin semacam pelatihan-pelatihan. Bahkan dari luar Pekanbaru juga sudah banyak yang berkunjung ke sini,” tutur Ami.
“Kendala kami sekarang hanya armada yang belum memadai untuk menjemput limbah dari rumah ke rumah. Kalau armadanya memadai, proses pengumpulan sampah akan lebih cepat. Kami menghimbau kepada masyarakat masyarakat agar memisahkan sampah sesuai jenisnya, dan ayo sama-sama kita menjaga lingkungan,” tuturnya.[Ayu]