BERTUAHPOS.COM, LIMAPULUH KOTA – Harga buah durian di tingkat pedagang pengumpul di sejumlah sentra durian di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan harga pada musim berbuah sebelumnya, ditengarai karena membanjirnya komoditas itu di pasaran.
Muhar (48), petani durian di Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, mengaku kalau sebelumnya buah durian ukuran besar dihargai Rp20.000 sampai Rp25.000/buah, sekarang paling banter Rp15.000/buah. Muhar menjual buah duriannya ke pedagang pengumpul.
Begitu pun buah ukuran kecil, menurut Muhar, kalau sebelumnya dihargai rata-rata Rp10.000/buah, tapi kini untuk harga yang sama bisa didapat tiga buah durian ukuran kecil. “Dari pada terbuang, ‘kan bagus juga dijadikan uang,” kata petani yang memiliki puluhan batang durian itu.
Syafni (38), pedagang pengumpul buah durian di nagari yang sama, mengaku harga durian mengalami sedikit penurunan. “Sejumlah nagari sentra penghasil buah durian saat ini buah duriannya sama-sama matang, mungkin karena itu harganya jatuh,” kata Syafni, yang menjual buah duriannya dengan membangun pondok sederhana di sisi ruas jalan negara Sumbar-Riau yang melintasi nagari itu.
Kendati sedikit turun, menurut Syafni, berapa pun buah durian yang dihasilkan oleh petani, tetap mampu diserap oleh pasar. Selain dijajakan di sisi ruas jalan negara Sumbar-Riau, menurut Syafni, buah durian itu juga dipasok ke sejumlah daerah tetangga seperti ke Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau.
Durian belakangan menjadi komoditas tani yang diandalkan di daerah itu menyusul membaiknya harga sejak beberapa tahun yang lalu. Oleh karena buah durian, misalnya, banyak di antara petani yang mampu membeli barang di luar bahan kebutuhan pokok, seperti memperbaiki rumah, membeli perabotan rumah tangga, kendaraan, dan menginvestasikannya dengan cara membeli perhiasan emas.
Setiap musim panen, yang biasanya terjadi dua kali dalam setahun, puluhan ribu buah durian dihasilkan oleh petani setempat. Durian di nagari itu memiliki cita rasa tersendiri karena sebagian besar merupakan buah yang langsung jatuh dari pohonnya, bukan dikarbit.
Tapi sejumlah petani mengaku tidak mudah menjaga batang durian sampai buahnya matang di pohon. Musuh utamanya adalah monyet, yang habitatnya di hutan sudah terdesak. Mulai saja sejak buah durian berukuran kecil sampai menjelang matang, sudah diganggu monyet.
Kalau petani ingin buah duriannya selamat sampai matang, konsekuensinya petani harus menjaganya sejak buah durian masih kecil. Terutama di siang hari, karena pada saat itulah monyet-monyet memanjati batang-batang durian, lalu menjatuhkan semua buahnya ke tanah.
Wali Nagari Koto Alam Syahrial Datuk Majo mengaku perekonomian masyarakatnya sangat terbantu dengan buah durian, terutama sejak sekitar lima tahun terakhir menyusul melonjaknya nilai jual buah durian di pasaran. “Banyak masyarakat yang mampu membeli barang-barang non-primer dari hasil penjualan buah durian,” kata Syahrial di kantornya, Senin (12/9/2022).
Menyoal hama tanaman seperti monyet, Syahrial mengaku pihaknya telah mengambil langkah awal untuk meminimalisirnya. “Kita sudah berkoordinasi dengan Perbakin (Persatuan Menembak Indonesia) Kabupaten Limapuluh Kota, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan perburuan.”
Pihaknya, menurut Syahrial, juga sudah melemparkan wacana menyusun Pernag (peraturan nagari), kelak akan dijadikan sebagai payung hukum untuk membasmi monyet. ***
Penulis : Evi Endri