BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2019 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan syariah tertinggal jauh dari literasi keuangan konvensional.
Berdasarkan survei tersebut, tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia hanya 8,9%, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi keuangan konvensional yang mencapai 38%.
Sebagai akibatnya, tingkat inklusi keuangan syariah juga baru mencapai 9,1%, jauh tertinggal dari lembaga keuangan konvensional yang sudah mencapai 75,3%.
Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Elvira Azwan mengatakan, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu sekitar 230 juta orang, serta jaringan industri keuangan syariah yang telah berdiri dan tersebar ke seluruh wilayah nusantara, maka seharusnya Indonesia menjadi pusat keuangan syariah dunia.
“Oleh karena itu kami mendorong Industri keuangan syariah Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang ke arah yang positif. Salah satu elemen yang menjadi penyebab belum optimalnya pangsa pasar industri keuangan syariah adalah mayoritas penduduk Indonesia belum mengenal produk keuangan syariah dengan baik,” katanya, Kamis, 21 April 2022.
Meski demikian, kata dia, sikap optimis sangat diperlukan. Besarnya gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan yang konvensional, juga menyiratkan bahwa ruang untuk peningkatan pemahaman serta penggunaan produk dan layanan keuangan syariah masih besar.
Dia menambahkan, industri keuangan syariah harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai sarana untuk mengakselerasi literasi dan inklusi keuangan syariah.
Dengan tetap berpedoman pada Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024, kami mengharapkan Industri keuangan syariah dapat memainkan peran yang lebih optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di masa dan pascapandemi.
“Memperhatikan hal tersebut, OJK, bersama-sama dengan para pemangku kepentingan lainnya, akan terus berupaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah masyarakat dengan memanfaatkan momentum pesatnya perkembangan teknologi informasi atau digitalisasi,” katanya.***