BERTUAHPOS.COM — Indonesia akan dihadapkan pada masalah kesehatan baru selain pandemi covid-19 di masa akan datang, seiring dengan tumbuhnya jumlah angka perokok anak di Tanah Air.
Kabar ini tentulah bukan sesuatu menggembirakan saat menyambut hari tembakau sedunia beberapa waktu lalu.
Saat ini jumlah perokok anak mencapai 9,5% dan akan terus meningkat jadi 15,95% pada 2030, menurut mantan Menkes Indonesia Andi Nafsiah Walinono Mboi.
“Anak-anak kita itu nantinya akan jadi beban keluarga dan tentu menjadi beban negara yang harus mengeluarkan biaya kesehatan,” kata Nafsiah dilansir dari Republika.co.id, Rabu, 2 Juni 2021.
Salah satu faktor pemicu kasus ini, adalah soal kemudahan akses bagi anak – anak untuk mendapatkan rokok. Itu pun masih berlangsung hingga saat ini.
Fakta ini menunjukkan bahwa kekuatan pemerintah dalam membuat aturan tentang batasan usia atau kalangan tertentu untuk mengakses rokok, perlu dilakukan perbaikan.
Program Manager Komnas Pengendalian Tembakau Nina Samidi sangat menyesalkan fakta – fakta ini.
“Mudahnya akses ini memang menjadi salah satu faktor utama anak-anak merokok,” kataya.
“Akses anak mulai mencoba rokok sangat mudah, yaitu harganya yang sangat murah, bisa dibeli di mana saja, dan anak-anak bisa beli langsung sendiri,” kata Nina dikutip dari Anadolu Agency.
Faktor lain, tentulah tekanan dari lingkungan, seperti teman – teman bergaul anak.
Bahkan sangat mudah ditemui bagaimana orang – orang di lingkungan keluarga memberikan contoh itu kepada anak.
Selain itu, anak akan sangat mudah mengenal rokok dengan banyaknya iklan – iklan, promosi, sponsor rokok yang tidak dilarang.
“Padahal semua itu menarget anak atau remaja.”.
Informasi berupa iklan layanan masyarakat mengenai bahaya rokok juga masih kurang.
Sehingga, anak-anak cenderung melihat rokok sebagai barang normal untuk dikonsumsi.
Dari survei yang dilakukan Yayasan Lentera Anak, Komnas Pengendalian Tembakau, dan Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) pada April sampai Juni 2020 diduga salah satu penyebab meningkatnya jumlah perokok anak adalah banyaknya penjual rokok yang berada di sekitar sekolah.
Dalam penelitian ada 401 sekolah yang dijadikan sampel. Sebanyak 255 sekolah di Jakarta, 93 di Medan, 24 di Surakarta, dan 29 di Banggai.
Sementara tempat penjualan rokok yang diteliti berjumlah 805 toko, yaitu 449 di Jakarta, 159 di Medan, 48 di Surakarta, dan 149 di Banggai. (bpc2)