BERTUAHPOS.COM — kasus (NCRB), sebanyak 22.372 ibu rumah tangga bunuh diri tahun 2020—rata-rata 61 kasus bunuh diri setiap hari atau satu setiap 25 menit.
Data ini tentu saja fakta yang mengejutkan. Sebanyak 14,6% dari total 153.052 kasus bunuh diri yang tercatat di India pada tahun 2020 dan lebih dari 50% total jumlah perempuan yang bunuh diri adalah ibu rumah tangga.
“Kekerasan di dalam rumah tangga semakin merajalela menjadi faktor utama tingginya angka kasus bunuh diri terhadap ibu rumah tangga di India,” kata psikolog klinis Dr Usha Verma Srivastava, dikutip dari BBC Indonesia, Minggu, 19 Desember 2021.
30% dari semua responden mengatakan dalam survei pemerintah baru-baru ini bahwa mereka telah mengalami kekerasan dari pasangan masing-masing, dan kesibukan sehari-hari dapat membuat mereka tertindas dalam kehidupan rumah tangga dan pernikahan.
Fakta ini membuktikan bahwa ketangguhan perempuan dalam mengarungi kehidupan tetap ada batas toleransinya. Di India, kebanyakan anak-anak perempuan langsung dinikahkan saat mereka beranjak usia 18 tahun—usia yang sah untuk menikah.
Dia lalu jadi seorang istri dan menantu dan menghabiskan harinya di rumah, memasak, mencuci, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Dia pun mengalami segala macam pembatasan, hanya sedikit diberi kebebasan pribadi, dan jarang punya akses mendapat nafkah sendiri.
“Pendidikan dan cita-citanya tidak lagi dianggap penting dan ambisinya mulai perlahan-lahan pudar. Keputusasaan dan kekecewaan muncul serta keberadaannya belaka menjadi siksaan.”
Pada perempuan yang lebih tua, kata Dr Verma Srivastava, alasan bunuh dirinya berbeda. Banyak yang alami sindrom ‘sarang kosong’ setelah anak-anak tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah dan banyak yang menderita gejala peri-menopause atau sebelum periode menopause yang dapat menyebabkan depresi dan tangisan.
Tapi bunuh diri, menurut dia, mudah dicegah, “…dan jika Anda mencegah seseorang barang sejenak, kemungkinan dia akan berhenti.” Itu karena, seperti yang dijelaskan oleh psikiater Soumitra Pathare, banyak kasus bunuh diri di India yang impulsif. “Pria pulang, lalu memukuli istri, dan perempuan itu bunuh diri.”
Penelitian independen, katanya, menunjukkan bahwa sepertiga perempuan India yang mengakhiri hidup mereka memiliki riwayat menderita kekerasan dalam rumah tangga. Tetapi kekerasan dalam rumah tangga bahkan tidak disebutkan dalam data NCRB sebagai penyebabnya.
Chaitali Sinha, seorang psikolog di aplikasi kesehatan mental Wysa yang berbasis di Bangalore, mengatakan “banyak perempuan menghadapi situasi kekerasan dalam rumah tangga yang tetap dapat mempertahankan kewarasan mereka hanya karena ada dukungan informal yang mereka terima”.
Sejak 1997 ketika NCRB mulai mengumpulkan data bunuh diri berdasarkan pekerjaan, lebih dari 20.000 ibu rumah tangga telah bunuh diri setiap tahun. Pada 2009, jumlahnya naik menjadi 25.092. (bpc2)