BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Siapa yang tak kenal dengan gulai ikan patin. Salah satu menu masakan khas Riau ini, sejak dulu memang sangat primadona, tidak hanya di Pekanbaru, tapi juga di daerah-daerah lain, khususnya di Riau.
Gulai ikan patin merupakan perpaduan ikan patin yang dipotong besar dengan kuah gulai kaya rempah yang kental. Memang tak banyak yang tahu bahwa di balik kelezatannya, menu masakah ini menyimpan perjalanan sejarah panjang tentang rempah-rempah khas di dunia.
Masakan khas Melayu Riau ini ternyata banyak dipengaruhi cita rasa masakan khas China, Arab dan India. Dari seporsi gulai ikan patin saja, kita bisa belajar banyak tentang akulturasi rasa. Keren, kan?
Ikan patin dikenal masyarakat Riau dengan sebutan ikan baung, jenis ikan ini sudah lama banyak hidup di perairan sungai di Provinsi Riau. Sebut saja aliran Sungai Indragiri, Sungai Siak, Sungai Kampar dan Sungai Rokan.
Konon ceritanya, orang tua zaman dulu bukan cuma menggoreng atau membakar ikan patin, tapi menggunakan aneka bumbu dan rempah dengan maksimal. Hal ini berlangsung sejak para pedagang dari Tiongkok dan Arab banyak singgah di Riau.
Dengan singgahnya para pedagang ini, mulailah diperkenalkan berbagai bumbu dan teknik pengolahan termasuk untuk mengolah ikan patin dan berbagai masakan lain yang berasal dari komoditas asli khas Riau.
Gulai Ikan Patin menjadi makanan yang segar dan nikmat apalagi kalau dimakan siang hari. Makanan yang satu ini wajib dicoba. Diolah secara higienis dan bersih, ternyata juga digemari wisatawan asing.
Di Riau ada sejumlah daerah yang sejak dahulu menjadi sentra produksi ikan patin. Sebut saja Kabupaten Pelalawan, Kampar, Indragiri Hulu dan Pekanbaru. Bahkan Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu membangun Tugu Patin sebagai ikon kebanggaan masyarakat di sana.
Hingga kini, produksi ikan patin di tiga daerah tersebut tertinggi di Provinsi Riau. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, pada 2020 total produksi patin di Riau mencapai 30.967 ton.
Dari jumlah tersebut sebanyak 21.549 ton diproduksi dari Kampar, 3.498 ton dari Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu sebanyak 1.405 ton dan Pekanbaru sebanyak 1.818 ton.***