BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pemerintah Kota Pekanbaru menduga ada keterlibatan sindikat di balik keberhasilan kaburnya 34 imigran Rohingya dari tempat pengungsian di Pekanbaru.
Mengapa tujuan mereka Malaysia? dan mengapa mereka begitu yakin bisa sampai ke sana? hal ini lah yang mendasari adanya dugaan tersebut.
Kepala Badan Kesatuan Badan dan Politik (Kesbangpol) Pekanbaru Zulfahmi Adrian mengungkapkan, kasus melarikan diri puluhan pengungsi imigran Rohingya dari tempat penampung sementara, disinyalir kuat ada pihak yang memfasilitasi.
“Saya kira ada sindikat yang memfasilitasi perjalanan mereka ke Malaysia,” katanya akhir pekan lalu, di Pekanbaru.
Malaysia seakan menjadi tujuan jelas pagi para pengungsi ini, mengingat komunitas mereka di Negeri Jiran itu memang banyak.
Hasil investigasi yang dibeberkan Zulfahmi juga menyebut adanya pihak dari Malaysia yang bersedia mengeluarkan RM4 ribu hingga RM6 ribu, bagi siapapun yang bersedia menyelundupkan saudaranya.
“Sejumlah itu yang dijanjikan kepada pihak yang bersedia, jika berhasil mengantarkan saudara mereka ke Malaysia,” terangnya.
Dia menyebut, maka tidak menutup kemungkinan kasus ini melibatkan oknum human trafficking atau perdagangan manusia, untuk memfasilitasi pelarian diri para pengungsi Rohingya dari Pekanbaru.
“Kami berharap kelompok sindikat ini bisa ditemukan,” terangnya. “Jangan sampai ada masyarakat Pekanbaru yang memfasilitasi pelarian pengungsi Rohingya ini.”
Alasan Malaysia Jadi Tujuan Favorit
Setelah 26 imigran asal Rohingya sebelumnya melarikan diri dari tempat pengungsian di Pekanbaru, lusa kemarin 8 imigran kembali melarikan diri.
Dengan demikian, total 34 imigran asal rohingya yang berada di tempat pengungsian di Pekanbaru berhasil kabur, dan hingga kini belum ada kabar soal keberadaan mereka.
“Dari pertemuan kami dengan beberapa pihak terkait, memang disimpulkan bahwa para imigran Rohingya ini ingin ke Malaysia. Jadi kemungkinan besar mereka kaburnya ke saa,” kata Zulfahmi Adrian.
Dia menyebut, sejak awal memang terdeteksi ada banyak keluarga para imigran tersebut di sana. Selain itu, terdata bahwa komunitas warga asal Rohingya juga banyak di negeri jiran tersebut, dengan jumlh hampir 150 ribu jiwa. “Kemungkinan, itu salah satu motivasi mereka ingin segera ke Malaysia,” katanya.
Zulfahmi mengungkapkan, bahwa kasus pengungsi imigran asal Rohingya di Pekanbaru, merupakan dari rentetan kasus sebelumnya.
“Dulu awalnya, jumlah mereka [imigran Rohingya] ada 500-an lebih. Mereka dari Bangladesh, juga melarikan diri dan terdampar di Lhokseumawe, Aceh.”
Saat para pengungsi tersebut akan dipindah dari Lhokseumawe ke Pekanbaru, terdata jumlah yang diberangkatkan sebanyak 155 orang. Semetara jumlah imigran yang ditiba di tempat pengungsian di Pekanbaru jumlahnya menjadi 119 orang.
“Hanya berselang 3 hari di pengungsian di Pekanbaru, sebanyak 26 imigran itu kabur. Lalu mereka kabur lagi 8 orang. Itulah yang mereka lakukan. Jangankan di Indonesia, sewaktu di Bangladesh saja mereka kabur,” katanya.
BBC Indonesia dalam sebuah laporannya pada Februari 2022, memuat pengakuan seorang warga Rohingya berdomisili di Malaysia. Dia rela bayar hingga RM6.000, atau setara Rp20 juta, untuk penyelundup yang bisa membawa kabur seorang saudaranya dari Aceh ke negeri jiran itu.
Dalam laporan itu juga disebut, bahwa secara umum komunitas Rohingya di Malaysia juga lebih banyak dan mereka bisa bekerja ‘walaupun secara gelap’.***