BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Lis, awalnya enggan bercerita dengan alasan malas bersuara. Sebab selama ini juga tak ada pihak-pihak terkait yang mendengarkan keluhannya.
Jumat sore, 15 Oktober 2021, Lis bersama seorang putranya terlihat tengah sibuk menyiram jalanan dengan air selokan. Jalan ini berdebu saat dilintasi pengendara.
Lis adalah seorang pedagang goreng pisang di depan Mesjid Muhammadiyah Jalan KH Ahmad Dahlan, Pekanbaru. Sepanjang jalan ini, hingga kini masih hancur akibat pengerjaan proyek IPAL.
“Awal-awal proyek IPAL susah berjualan. Etalase ibu ditutup seng, cuma sedikit ada akses orang masuk. Ibu tetap jualan aja. Kalau nggak gitu, kayak mana kami makan?” ucapnya bercerita.
Kepada Bertuahpos.com, Lis memperlihatkan tumpukan pisang-pisang dalam sebuah plastik besar. Dia mengaku kesulitan untuk menghabiskan pisang-pisang itu. “Sekarang paling habis 50 biji lah. Jauh kali turun pendapatan ibu sejak ada IPAL. Hampir 80%,” sebutnya.
Dia juga menceritakan bagaimana dia mengangkat etalase dan tenda, bersama suami dan anaknya karena harus berpindah-pindah tempat, lantaran pengerjaan penggalian lubang IPAL sangat sangat dengan tempat jualannya.
“Kalau digali di sini, pinda ke sana, digali lagi di sana, pindah lagi ibu ke sananya lagi. Bahkan sampai di depan Kampus UMRI sana ibu pindah. Ada 4 kali pindah, habis itu pindah lagi ke sini,” tuturnya.
Lis mengaku kecewa dengan kondisi yang dialaminya saat ini. Di tengah wabah corona melanda, dia tetap harus menghadapi masa-masa sulit lantaran adanya proyek IPAL di kawasan itu. “Entahlah. Entah kapan selesainya galian ini,” tuturnya.
Dia juga bercerita bahwa penghasilannya sangat jauh menurun, bahkan lebih jauh dari saat awal mula corona melanda.
“Sebelum ada corona, bisa lah dapat Rp800 ribu sampai Rp1 juta sehari. Sejak corona, paling Rp500 ribu sampai Rp600 ribu. Sekarang sejak pengerjaan proyek IPAL, paling Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Orang malas lewat sini karena jalan rusak dan berdebu,” ucapnya. (bpc2)