BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — The Fed menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin dianggap tidak akan efektif untuk menekan lajunya inflasi di AS.
“Malahan langkah ini berpotensi membuat AS terjatuh dalam resesi,” kata Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede.
“Saya kira instrumen kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve sebesar 0,75% ini belum tentu efektif menurunkan laju inflasi AS yang saat ini sangat tinggi,” kata Josua sebagaimana dikutip dari Ipotnews, Kami, 16 Juni 2022.
Dia mengungkapkan, bahwa kondisi rantai pasokan global untuk energi dan pangan, memang belum sepenuhnya pulih dari covid-19.
Hanya saja, tak ada yang menyangka meletusnya perang Rusia dan Ukraina, sehingga menjadi penyebab yang memperparah gangguan rantai pasokan energi dan pangan global.
Kedua faktor tersebut menjadi pemicu utama naiknya kedua komoditi tersebut, tanpa terkecuali di AS sendiri. “Ini adalah faktor utama penyebab tingginya inflasi AS,” kata Josua.
Tanpa ada langkah nyata dalam perbaikan gangguan rantai pasokan, menggunakan ‘senjata’ menaikkan suku bunga acuan The Fed, dipastikan tidak akan menyelesaikan masalah. Malah akan semakin mendorong naiknya suku bunga kredit perbankan di AS.
Efek terburuk atas keputusan ini, berisiko memukul upaya pemulihan pertumbuhan ekonomi, dan sama saja dengan menjerumuskan AS dalam jurang resesi.
The Fed telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,75% demi menekan laju inflasi, pada Kamis dini hari, 16 Juni 2022.
Kenaikan suku bunga AS ini menjadi yang paling tinggi sejak November 1994 atau 28 tahun terakhir.
Langkah kenaikan suku bunga sebesar 0,75% ini membawa suku bunga The Fed dalam kisaran 1,5% dan 1,75%.
Namun, kenaikan suku bunga The Fed ini bukanlah akhir, diperkirakan akan terus berlanjut. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan menjadi 3,4% pada akhir tahun 2022.***