BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARU – “Jangan harap Riau bebas asap, walau 100 tahun lagi,” demikianlah uangkapan Pengamat Lingkungan Riau Elviriadi dalam seminar Riau Merdeka asap yang berlangsung di Pustaka Wilayah Soeman HS, Selasa (08/09/2015).
Kalimat ini bukanlah ungkapan pesimis yang keluar dari bibirnya, melainkan rasa geram terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan di tanah gambut, Riau. “Bicara sedikit lagi, kacau nanti,” sambungnya.
Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau ditunjuk menjadi pembicara di tengah ratusan masahasiswa, perusahaan HTI, BLH dan Staf Kementerian BLH dalam seminar itu. Dia berusaha menyadarkan bahwa cara fikir untuk bebas dari kabut asap di Riau tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
“Jangan berharap Riau bebas asap kalau gambut tidak diselamatkan,” sambungnya.
Menurut pandangan Elviriadi, inilah akibatnya jika tanah gambut di Riau diotak atik. Sifat gambut yang terbentuk dari bahan organik itu, murni berfungsi untuk menjaga kelembaban air di tanah yang mudah terbakar itu.
Namun, akibat kepentingan segelintir yang dilakukan oleh orang-orang diluar politik dan pemerintah, kondisi seperti inilah yang harus dirasakan masyarakat Riau, bahkan berpuluh tahun kedepan.
Dia punya pandangan berbeda. Di tengan Pemerintah Provinsi Riau sibuk mengintruksikan satuan tugas Karhutla untuk memadamkan api, menurut Elviriadi, jaga saja gambut, jangan biarkan siapapun meruknya. Dengan sedirinya kebakaran lahan dan hutan yang kerap melanda Riau bisa teratasi.
“Sebab gambut itu menyimpan air. Kalau airnya banyak, walau terbakar tetap akan padam sendiri dia,” sambungnya.
Kepada ratusan mahasiswa, dirinya berusa memberikan penjelasajan bahwa gambut itu berada pada cekungan tanah, akhibat bertumpuknya sampah organik yang telah membusuk, dengan sendirinya gambut terbentuk.
Dalam jangka waktu ratusan tahun, area gambut bisa menghasikan beragam kekayaan sumber daya alam. Namun kondisinya saat ini sebagian besar kawasan kambut di Riau telah dirusak saat masuknya perusahaan HTI di Riau.
“Tata ruang air di gambut itu tidak bisa diotak-atik. Kalau ada kanal besar yang mengoyak permukaa gambut itu, airnya akan lepas. Gambut tidak bisa dikonfersikan untuk apasaja, keculai dengan teknogi mahal. Kalau tanah mineral, silahkan,” sambungnya. (melba)