BERTUAHPOS.COM (BPC), PELALAWAN – Salah satu kecamatan di Kabupaten Pelalawan, kecamatan Ukui di saat malam hari ternyata punya keunikan tersendiri. Meski letaknya tepat berada di jalur perlintasan Pulau Sumatera, kecamatan yang terbilang luas itu ternyata tidak sama dengan daerah lain.
Seorang pria paruh baya mengenakan kaos kerah berwarna kuning duduk lama menyeruput segelas teh telur di meja yang tidak jauh dari etalase kaca, dengan susunan puluhan bungkus mie instan. Namanya Usman. Tidak sama seperti yang lain, Usman duduk sendiri tanpa teman. “Lagi suntuk di rumah, saya keluar sebentar cari minum,” katanya.
Darinya diketahui bahwa kecamatan yang masuk dari bagian wilayah Kabupaten Pelalawan ini punya gaya tersendiri. “Semakin malam, kaum muda yang laki-laki semakin banyak yang nongkrong di warung kopi,” katanya. Ini sudah menjadi kebiasaan. Daerah yang terletak di jalur Lintas Timur itu, sebagian besar dihuni oleh penduduk transmigrasi. Hanya sebagian kecil penduduknya yang tidak memiliki kebun sawit. Misalnya, berdagang di pasar, atau membuat usaha. Bukan berkebun.
Penduduk yang menekuni aktifitas itu, biasanya bermukim di wilayah keramaian pasar. Sedangkan masyarakat yang tinggal di desa-desa jauh dari kecamatan, sangat menggantungkan perekonomian mereka pada kebun sawit.
Kata Usman, biasanya membuka toko hanya sebahagian kecil dari usaha para toke sawit di sini. Menjelang malam, sekitar pukul 22.00 WIB, aktifitas kaula muda semakin banyak. Ada saja kaum itu yang datang silih berganti untuk menyeruput segelas minuman yang mereka pesan di warung kopi pinggir jalan. Para anak muda ini, sebagian besar datang dari wilayah pedesaan yang letaknya cukup jauh dari pusat keramaian ini. Dan, tidak satupun ada diantara mereka para wanita usia muda, yang ikut keluyuran.
Semua para remaja tanggung, antara usia sekolah hingga umur 20 an tahun. “Mereka betah berlama-lama sambil bercengkrama,” sambung Usman. Meski ruko-ruko bertingkat dua di pinggir jalan itu terkunci, dan pemiliknya sudah mematikan lampu, aktifitas di jalanan tidak pernah tidur. Makanya tetap ada pada pedagang nasi goreng yang buka, bahkan hingga pagi hari.
Di samping tenda kecil tempat penjual nasi goreng itu, berdiri sebuah gerobak dorong kecil lengkap dengan barang dagangan harian, seperti rokok, minuman dungin, dan makanan ringan. Warung kecil ini juga “hidup” jika malam hari. Mereka menyediakan kebutuhan para mengendara yang melintas disaat haus.
Kecamatan Ukui, adalah salah satu kecamatan yang cukup populer di Provinsi Riau. Di tempat ini lah letaknya pusat penangkaran gajah Taman Nasional Teso Nilo (TNTN). Selain itu, juga ada perusahaan ternama perkebunan kelapa sawit. Dan keuanikan lainnya, wilayah ini adalah perlintasan garis khatulistiwa. Wajar tanah Ukui subur, dan perekonomian masyarakat bergantung pada sektor perkebunan.
Saat melintas, kemudian berhenti sejenak untuk melegakan tenggorokan. Tempat nongkrong yang bertuahpos.com singgahi diterangi enam buah lampu neon dari aliran genset. “Listrinya mati. Makanya ruko-ruko itu banyak gelap,” kata Sani, seorang karyawan di sini. Melihat kondisi seperti ini, ironis saja. Seperti berbanding terbalik. Masyarakat belum bisa menikmati seutuhnya kekayaan alam dan potensi kesuburan tanah yang mereka tempati. Ini penting untuk menjadi caratan pemerintah setempat. (Melba)