BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Situs dan cagar budaya Komplek Pemakaman Marhum Pekan, di kawasan Mesjid Raya, Jalan Mesjid, Senapelan, Pekanbaru itu salah satu saksi bisu peradaban Pekanbaru terdahulu.
Pemerintah meresmikan kawasan ini menjadi situs dan cagar budaya sejak 2007 lalu. Mungkin ada banyak generasi penerus yang tahu lokasinya, tapi sangat minim dari mereka yang mengetahui sejarah panjangnya.
“Warga Pekanbaru sendiri jarang berkunjung ke sini,” kata seorang penjaga situs dan cagar budidaya ini, Thohirin saat berbincang dengan Bertuahpos.com. “Lebih banyak orang luar yang datang melihat kesini seperti dari ITB dan masih banyak lagi.”
Dia mengakui, masih ada banyak bagian dari situs ini yang belum terurus dengan baik. Seperti makam-makam di bagian depan yang hanya tertancap batu nisan tanpa nama atau identitas pendukung lainnya.
“Cara membedakan yang wanita dan pria hanya melihat patungnya saja. Ada juga yang katanya sebagai ulama tapi kita juga tidak tahu pasti karena sampai sekarang belum ada data konkrit,” sebutnya.
Di kawasan utama yang diberi nama Cungkup ini terdapat 5 makam, salah satunya adalah pendiri Pekanbaru.
Diantaranya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak IV), Sultanah Khadijah binti Daeng Perani (Permaisuri Marhum Bukit), Tengku Embong Badariah (Anak Marhum Bukit), Maulana Syarif Usman Al Shahab (suami Tengku Embong Badariah bergelar Marhum Barat) dan Sultan Muhammad Ali Abdul Djalil Muazzam Syah pendiri Pekanbaru.
Selain itu, kendala lain yang juga dihadapi yakni soal finansial bagi mereka para penjaga situs dan cagar budaya ini. Selain dana yang dikucurkan dari Pemko Pekanbaru sangat minim, honor untuk penjaga makam juga sangat memprihatinkan. Mereka cuma dibayar Rp250 ribu rupiah. Sangat jauh dari UMR Pekanbaru.
Thohirin, tak masalah dengan upah itu karena dia memang sangat mencintai dan hobi tentang sejarah. “Tak apa lah cuma Rp250 ribu. Saya bisa senang karena ini adalah hobi saya,” ujarnya.
Dia menjelaskan, untuk para pengunjung yang ingin berkunjung ke situs dan cagar budaya ini hendaknya selalu menghubungi para penjaga, agar bisa dipandu saat berada di area pemakaman.
Kawasan ini memang selalu terkunci, dengan kata lain, tidak sembarang orang diperbolehkan masuk apalagi tanpa pemandu. Langkah ini, kata dia, harus dilakukan setelah sebelumnya ada banyak pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan komplek pemakaman ini untuk tujuan menyesatkan.
“Mereka kadang minta nomor, bawa sesajen dan lain-lain. Makanya, diputuskan kalau komplek pemakanan bersejaran ini selalu dikunci,” tuturnya.*** [Fifin]