BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Indonesia memang masih harus mengandalkan beberapa bahan baku pakan ternak dari impor—seperti komponen yang dibutuhkan untuk pemenuhan protein ternak. Hal ini pula yang membuat harga pakan dalam negeri terdampak, sehingga para peternak harus mengeluarkan biaya produksi lebih besar.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak [GPMT] Desianto Budi Utomo mengungkapkan, salah satu jenis bahan baku pakan yang masih mengandalkan impor terutama soybean meal—100% impor. “Karena memang kita [Indonesia] nggak produksi,” katanya.
Soybean meal adalah produk hasil ekstraksi minyak kedelai untuk protein ternak. Bukan hanya Indonesia, secara global, dunia juga bergantung dari soybean meal impor yang disuplai dari dari Amerika Serikat Argentina, dan India.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Desianto menuturkan, untuk sumber energi seperti biji-bijian, pasokan dari dalam negeri masih mencukupi. Secara volume, raw material atau bahan baku impor itu hanya sekitar 35% dari formula memproduksi pakan ternak. Tapi, secara value, komposisi nilainya bisa mencapai 50%-60% dari total feed (pakan) yang dibuat.
Saat ini, harga-harga bahan baku pakan ternak tersebut memang cenderung naik. Tak cuma bahan baku untuk pembuatan pakan ternak, melainkan ongkos logistik internasional, termasuk ocean freight dan tarif kontainer juga melonjak.
“Termasuk kondisi geopolitik Ukraina yang adalah pemasok gandum dunia, turut mempengaruhi kondisi dan rantai pasok grains (serealia/biji-bijian),” tuturnya.
Dia menambahkan, 80%-85% biaya produksi pakan dipengaruhi oleh bahan baku. Sementara, kontribusi pakan terhadap biaya produksi peternakan mencapai 60%-70% tergantung jenis ternak.
Di dalam negeri, harga franco gudang pabrik pakan di 10 sentra produksi untuk jagung kadar air 15% juga terus menunjukkan ‘kenaikan yang liar’. bahkan jauh melampaui harga acuan pemerintah tahun 2020 yang sebesar Rp4.500/kg. Begitu juga harga dedak padi yang melonjak mendekati Rp5.000 per kg. Meski, di awal Juni terpantau sedikit melandai tapi masih di atas Rp4.000 per kg.
Sementara itu, Departemen Pertanian AS mencatat, 2 produsen utama soybean meal di dunia adalah China dan AS. Dimana, tahun 2022/2023 diprediksi akan memproduksi masing-masing 75,24 juta ton dan 48,12 juta ton. Konsumsi lokal kedua negara tersebut untuk tahun 2022/2023 adalah 74,27 juta ton dan 35,38 juta ton.
Indonesia merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa. Tahun 2022/2023, Indonesia diprediksi akan membutuhkan 5,6 juta ton pasokan soybean meal. Sedangkan kawasan Uni Eropa diprediksi membutuhkan pasokan 16,75 juta ton. Tahun 2021/2022, Indonesia mengimpor 5,25 juta ton soybean meal.***