BERTUAHPOS.COM — Komisi Pengawasan Persaingan Usaha atau KPPU membeberkan cara Malaysia menguasai perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
KPPU temukan bahwa kepemilikan kebun sawit nasional terus berkurang. Hal ini juga ada kaitannya dengan kenaikan harga minyak goreng kemasan di Tanah Air.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun KPPU faktor penyebab meningkatnya harga minyak goreng kemasan karena mahalnya bahan baku yakni Crude Palm Oil (CPO).
“Di sisi hulu, kepemilikan swasta terhadap perkebunan sawit juga ditemukan meningkat,” kata Komisioner KPPU Ukay Karyadi.
Dia menambahkan, dari data yang ditemukan sepanjang 2021 terjadi sejumlah akuisisi yang dilakukan perusahaan swasta. Itu dilakukan terhadap perusahaan pengampu perkebunan sawit nasional.
“Dari data KPPU sendiri, tahun kemarin ada 10 akuisisi perkebunan sawit yang dilakukan perusahaan lebih besarnya. Dimana 5 perusahaan Malaysia mengakuisisi perusahaan nasional, di sisi lainnya (perusahaan) Malaysia mengakuisisi (perusahaan) Malaysia,” katanya dalam diskusi virtual Indef, pada 3 Februari 2022.
“Jadi semakin kedaulatan si perkebunan sawit itu semakin berkurang dari sisi kepemilikan. Kepemilikan rakyat semakin berkurang, kepemilikan nasional juga semakin berkurang. Ini perlu jadi perhatian semua,” terangnya dikutip dari liputan6.
Dia menambahkan, dengan adanya akuisisi tersebut, persentase kepemilikan kebun sawit yang dikelola masyarakat juga ikut berkurang. Ini jadi efek domino yang terjadi di sektor hulu.
“Setiap tahun tuh kepemilikan rakyat itu selalu berkurang karena diambil perusahaan menengah. Setiap tahun perusahaan menengah juga berkurang karena diakuisisi oleh perusahaan yang besar,” katanya.
Dalam keterkaitannya dengan harga minyak goreng, kepemilikan perkebunan sawit jadi permasalahan di hulu yang turut andil. Ukay menyebut ini berkaitan dengan Hak Guna Usaha (HGU) lahan yang diampu oleh BPN.
“Setidaknya di pangkalnya itu ada alokasi lahan yg itu kebijakannya ada di BPN. Itu sampai kepemilikan kebun sawit semakin konsentrasi pada pelaku usaha swasta utamanya besar,” kata dia.
“Banyak kebun sawit yang dikelola perusahaan besar bukan oleh rakyat. Perlu diketahui di perkebunan sawit itu ada dua kaki yang bermain. Ada sektor modern dan tradisional. Tradisional ini yang dimiliki rakyat,” tambahnya. (bpc2)