BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Buya Hamka dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer pernah berselisih paham. Penyebabnya, Pramoedya menuding Buya Hamka plagiat.
Melalui majalah harian Bintang Timur pada 7 September 1962, di lembar kebudayaan Lentera, Pramoedya memuat tulisan bahwa karya Buya Hamka yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk merupakan sebuah karya plagiat.
Pramoedya juga pernah membuat tulisan yang berisikan bahwa Buya Hamka harus meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena sudah membuat karya yang plagiat.
Dalam tuduhannya, Pramoedya memuat tulisan bahwa roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Buya Hamka merupakan plagiat dari novel Sous Les Tilleuls karya pujangga Prancis, Alphonse Karr.
Akibat tulisan ini, Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer sempat perang tulisan. Pramoedya di Bintang Timur, dan Buya Hamka melakukan pembelaannya di majalah Gema Islam.
Namun, ternyata ketegangan dua sastrawan ternama ini terbatas dalam karya tulis saja. Buktinya, ketika puteri sulungnya, Astuti ingin menikah, Pramoedya menyuruh Astuti untuk belajar agama kepada Buya Hamka.
Astuti menurut. Dia membawa calon suaminya, Daniel Setiawan, yang sebelumnya berbeda keyakinan, untuk belajar agama Islam.
Rupanya, meski pernah menyerang Buya Hamka dalam karya sastra, Pramoedya tetap menghormati Buya Hamka. Bahkan, Pramoedya mempercayakan anaknya untuk belajar agama Islam kepada Buya Hamka.
Buya Hamka ternyata juga tidak memiliki dendam pribadi kepada Pramoedya. Dengan perasaan haru, Buya Hamka mengangguk, tanda beliau bersedia mengajar Islam kepada Astuti dan calon suaminya. (bpc4)
Sumber: Buya Hamka, Sebuah Novel Biografi. Karangan Haidar Musyafa, diterbitkan Imania tahun 2018