BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pada tahun 1978, Presiden Soeharto mengundang seorang Jepang, Hitoshi Shimizu ke Jakarta untuk diberikan penghargaan. Shimizu dianggap berjasa atas kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah dengan menyediakan bahan kain untuk bendera pusaka Merah Putih.
Shimizu adalah Kepala Sendenbu (Departemen Propaganda) Jepang di Indonesia pada tahun 1944.
Dikutip dari historia.id, Shimizu menugaskan seorang perwira Jepang, Chairul Basri (kemungkinan perwira dari PETA ataupun Heiho) untuk memberikan kain bahan bendera pusaka kepada Fatmawati.
Menurut Chairul Basri, Shimizu memerintahkannya mengambil kain tersebut di sebuah gudang Jepang di daerah Pintu Air, Jakarta Pusat, depan bekas bioskop Capitol.
“Saya diminta oleh Shimizu untuk mengambil kain itu dan mengantarkannya kepada ibu Fatma (Fatmawati),” kenang Chairul.
Fatmawati sendiri menyebutkan dalam bukunya ‘Catatan Kecil Bersama Bung Karno’, bahwa pada suatu hari pada bulan Oktober 1944, datang seorang perwira Jepang (yang kemungkinan Chairul Basri) dan memberikan dua blok kain. Satu blok merah, dan satu blok putih.
Kain tersebutlah yang kemudian dijahit Fatmawati menjadi bendera pusaka Merah Putih.
Selain memberikan bahan kain bendera pusaka, ketika kembali dari pengasingan di Bengkulu, Bung Karno juga diberi rumah, berikut kendaraan sedan buick dan supirnya oleh Shimizu. Rumah tersebut yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, yang kemudian menjadi tempat proklamasi.
Adapun versi kain bendera pusaka berasal dari cerita seorang tentara bernama Lukas Kustaryo. Dia mengatakan mendapatkan kain putih dari sprei, dan kain merah dari warung soto.
Lukas juga mengatakan telah mengkonfirmasi kepada Fatmawati bahwa kain darinya yang dijahit menjadi bendera pusaka. (bpc4)