BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bendera merah putih terus dikibarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Tak ketinggalan, pengibaran merah putih juga dilakukan di Surabaya.
Sementara itu, Belanda yang menjadi tawanan Jepang dibebaskan, dan menyusun organisasi Komite Kontak Sosial. Organisasi ini mendapatkan dukungan dari Jepang dan Palang Merah Internasional (Intercross). Namun, dibalik Intercross, Belanda melakukan kegiatan politik.
Pada 18 September 1945, datang rombongan opsir sekutu yang juga terdapat opsir Belanda yang tergabung dalam Allied Forces Netherland East Indie (AFNEI). Mereka datang bersama Intercross dari Jakarta.
Oleh Jepang, rombongan ini ditempatkan di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan Nomor 65, tanpa izin pihak berwenang RI di Surabaya. Hotel Yamato ini kemudian dijadikan markas Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI).
Tanggal 19 September, sekelompok Belanda dibawah pimpinan W.V. Ch Ploegman mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di tiang teratas Hotel Yamato. Pengibaran ini dilakukan malam hari pada pukul 21.00 malam.
Keesokan harinya, pemuda yang melihat bendera Belanda berkibar menjadi marah. Pengibaran ini dianggap menghina kedaulatan Indonesia. Dalam waktu singkat, Hotel Yamato dikepung pemuda Surabaya.
Residen Sudirman kemudian mendatangi Hotel Yamato, dan melakukan perundingan dengan Ploegman atas nama perwakilan RI. Sudirman meminta Plegman menurunkan benderanya, yang ditolak oleh Ploegman.
Perundingan berlangsung panas, dan Ploegman mengeluarkan pistolnya. Terjadi perkelahian, yang membuat Ploegman dan salah satu pengawal Sudirman tewas.
Dari luar hotel, massa yang mengetahui perundingan gagal segera merangsek masuk ke dalam hotel. Bendera Belanda berhasil diturunkan, warna birunya dirobek, dan dinaikkan kembali sebagai bendera merah putih, dari berbagai sumber. (bpc4)