BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Saat peperangan Uhud berkecamuk, Hamzah bin Abdul Muthalib berperang dengan gagah berani. Dengan pedangnya, tak ada musuh tak tumbang.
Bahkan, ketika berhadapan dengan kavaleri musuh yang menaiki kuda, Hamzah tak segan membabat kaki kuda tersebut dan menjatuhkan musuh yang diatasnya.
“Aku adalah singa Allah. Aku adalah putera Abdul Muthalib,” seru Hamzah sambil terus berperang.
Yang tak Hamzah sadari, ada seorang budak kulit hitam yang mengawasinya. Budak tersebut bernama Wahsyi bin Harb.
Tuannya, Jubair ibn Muth’aim telah berjanji, jika budaknya itu bisa membunuh Hamzah, maka dia merdeka, tak lagi menjadi budak.
Hanya dengan alasan itulah Wahsyi pergi ke medan perang, membunuh Hamzah dan menjadi merdeka. Wahsyi yakin bisa membunuh Hamzah, karena dirinya merupakan pelempar tombak yang handal.
Namun, di medan perang Uhud, Wahsyi menjadi ketakutan saat melihat Hamzah. Di persembunyiannya, dia menyaksikan kehebatan pahlawan Islam yang dihitung sudah menjatuhkan 30 pasukan kafir Quraisy.
Wahsyi yakin, jika dirinya keluar dan melempar tombaknya, maka pahlawan Islam itu bisa melihatnya, dan pasti dia akan terbunuh.
Tak lama, ada seorang kafir Quraisy bernama Siba’ ibn Abdil Uzza yang menyerang Hamzah. Namun, Siba’ segera tersungkur karena pedang Hamzah. 31 orang kafir Quraisy kini telah menjadi tumbang ditangan Hamzah.
Wahsyi semakin ketakutan. Namun, dia juga tak mau kembali ke Makkah sebagai budak. Rasa ingin merdeka dari budak menguatkannya untuk meneruskan niat membunuh Hamzah.
Di suatu ketika, Hamzah yang sedang bertarung terjatuh, dan punggungnya mengenai tanah. Saat itulah, baju besinya tersingkap ke atas, dan membuat bagian perutnya tak terlindungi.
Wahsyi segera memusatkan perhatiannya, dan saat yang tepat, dia melemparkan tombak ke perut Hamzah. Tombak tersebut tepat mengenai perut Hamzah.
Hamzah melihat sekelilingnya, dan melihat ada seorang budak kulit hitam mendekatinya. Hamzah berusaha mendekati budak tersebut dan berusaha menyerangnya, namun luka di perutnya membuatnya terjatuh.
Akhirnya, Hamzah gugur dan mendapatkan mati syahid. Gugurlah seorang pahlawan Islam, yang selalu membela Rasulullah SAW.
Saat Rasulullah SAW menaklukkan kota Mekkah, Wahsyi melarikan diri ke Thaif.
Kemudian, Wahsyi berangkat ke Madinah dan menyatakan masuk Islam di hadapan Rasulullah. Meskipun, saat mengetahui Wahsyi-lah yang membunuh Hamzah, Rasulullah memalingkan wajahnya.
Wahsyi tahu, meski dirinya telah bertaubat, namun tindakannya di masa lalu tetap menyisakan luka. Dia telah membunuh seorang pahlawan Islam dengan cara yang tidak jantan.
Setelah Rasulullah SAW wafat, khalifah Abu Bakar menghadapi Perang Riddah melawan nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab. Abu Bakar mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.
Wahsyi tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia segera bergabung dengan pasukan Khalid. Tujuan Wahsyi hanya satu, menembus dosanya dengan membunuh nabi palsu atau mati syahid.
Akhirnya, pasukan kaum muslim berhasil mendesak pasukan Musailamah Al-Kadzab. Wahsyi terus mendesak kedepan, dan saat melihat Musailamah, dia segera melemparkan tombaknya.
Tombak tersebut melesat dan tepat mengenai sasaran. Namun, pada saat yang sama, ada prajurit Anshar yang juga melompat dan menebas Musailamah.
Hanya Allah SWT yang tahu, siapa yang berhasil membunuh Musailamah. Jika Wahsyi yang membunuh Musailamah, maka dia berhasil menebus dosanya, dan mendapatkan ganjaran sebagai orang yang membunuh musuh islam. (bpc4)
Abdul Hamid Jaudah al-Sahhar, Perang Uhud, Kisah Pertempuran Sarat Pelajaran Hidup yang Tak Terlupakan, Terbitan Qalam, Jakarta.