BERTUAHPOS.COM – Diperkirakan akan ada jutaan anak di Yaman dalam ancaman kelaparan. Ini menurut sebuah laporan UNICEF. Waktunya diperkirakan akhir 2020, dengan jumlah perkiraan ada 2,4 juta anak disana yang akan mengalami ‘masalah’ dengan perut mereka.
Menurut UNICEF anak-anak ini akan dihadapkan dengan masalah gizi buruk. Penyebabnya utamanya adalah krisis kemanusiaan. Kondisi ini semakin diperparah oleh kurangnya sokongan dana karena dunia tengah disibukkan dengan COVID-19.
Laporan UNICEF memperkirakan jumlah anak-anak Yaman dalam ancaman kelaparan di bawah usia 5 tahun dapat meningkat sebesar 20% menjadi 2,4 juta anak. Ancaman gizi buruk ini, tentu saja akan berakhir dengan kematian.
“Kami tidak bisa melebih-lebihkan skala darurat ini,” kata perwakilan UNICEF di Yaman Sara Beysolow Nyanti, seperti dikutip dari DW Indonesia.
Sementara itu, PBB sudah lebih dulu mengabarkan bahwa mereka tak bisa ikut membantu untuk menyisihkan dana. Alasannya, sejauh ini, corona tak ada menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu singkat. Artinya, mereka tak bisa berbuat banyak untuk mengatasi ancaman kelaparan anak-anak di Yaman.
Kantor berita melaporkan, UNICEF membutuhkan hampir $ 461 juta atau sekitat Rp 6,6 triliun untuk bantuan kemanusiaan, dan $ 53 juta atau setara Rp 757 miliar untuk menanggulangi COVID-19.
Sistem Kesehatan di Yaman Buruk
Masalah lainnya, sistem kesehatan di Yaman berada ‘di ujung tanduk’. Bukan hanya karena mengatasi corona, tapi juga kolera, malaria, dan deman berdarah. Sedangkan, corona datang seakan memberi pertanda bahwa masalah kehidupan anak-anak di sana akan semakin sulit.
Yaman, telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus infeksi, tetapi para ahli menyebut masih banyak kasus yang tidak dilaporkan karena kurangnya infrastruktur medis.
“UNICEF sebelumnya mengatakan, dan sekali lagi mengulangi, bahwa Yaman adalah tempat terburuk di dunia untuk menjadi anak dan itu tidak menjadi lebih baik,” kata Nyanti.
Badan anak-anak PBB juga memperingatkan hampir 7,8 juta anak tidak bersekolah, menempatkan mereka pada risiko lebih tinggi menjadi pekerja anak, pernikahan dini, dan perekrutan ke dalam kelompok-kelompok bersenjata. (sumber: Reuters, AFP, DW Indonesia). (bpc3)