BERTUAHPOS.COM — Sebanyak 87 jenis burung berhasil diidentifikasi di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu (GSK-BB), Riau. Temuan ini terungkap dari studi terbaru yang menegaskan kawasan konservasi tersebut sebagai surga keanekaragaman hayati sekaligus persinggahan penting bagi burung migran dunia.
Indonesia dikenal sebagai rumah bagi 1.883 spesies burung, setara dengan 18,6 persen dari total burung di dunia. Hal ini tercatat dalam dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP) 2025–2045.
Keanekaragaman tersebut didukung oleh bentang alam Indonesia yang terdiri dari tujuh ekoregion, 22 tipe ekosistem alami, dan 98 tipe vegetasi alami, yang menyediakan habitat penting bagi burung penetap maupun burung migran.
Salah satu habitat penting burung liar di Sumatra adalah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil–Bukit Batu (GSK-BB) di Provinsi Riau. Sejak ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO pada 2009, kawasan ini tercatat dihuni oleh sedikitnya 199 spesies burung berdasarkan kompilasi hasil penelitian yang dilakukan sejak 2011.
Baru-baru ini, tim peneliti dari Belantara Foundation bersama BRIN, Universitas Pakuan, dan Universitas Andalas melakukan pemutakhiran data di Stasiun Penelitian Humus, yang merupakan zona inti cagar biosfer tersebut.
Penelitian yang berlangsung pada 7–14 Februari 2025 ini memetakan keanekaragaman burung di batas antara hutan alam dan hutan tanaman. Penelitian dilakukan dengan metode titik hitung (point count) dan jaring kabut (mist net).
Hasilnya, ditemukan 87 jenis burung di kawasan tersebut. Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr Dolly Priatna, menjelaskan bahwa burung memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem melalui pemencaran biji, pengendalian hama, dan menjadi bioindikator kualitas lingkungan.
Dari hasil inventarisasi, tercatat ada 14 jenis burung yang masuk kategori dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018. Salah satunya adalah julang jambul hitam (Rhabdotorrhinus corrugatus) yang masuk dalam status terancam punah (Endangered) menurut daftar merah IUCN.
“Selain itu, enam jenis burung lainnya teridentifikasi berstatus rentan (Vulnerable) dan enam jenis lainnya masuk kategori hampir terancam punah (Near Threatened),” katanya dalam keterangan tertulisnya sebagaimana diterima Bertuahpos, Sabtu, 22 Maret 2025.
Penelitian juga menemukan sembilan jenis burung yang masuk daftar Appendix II CITES, termasuk rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan elang brontok (Nissaetus cirrhatus).
Selain itu, lima spesies burung migran terpantau singgah di kawasan ini. Menurut Dr. Wilson Novarino dari Universitas Andalas, kawasan GSK-BB sangat penting sebagai tempat istirahat dan mencari makan bagi burung migran dari belahan bumi utara saat musim dingin tiba.
Peneliti BRIN, Adi Susilo, menekankan pentingnya menjaga blok-blok hutan alam di tengah areal hutan tanaman. Ia menyebut blok-blok hutan ini berfungsi sebagai “stepping stone” bagi burung-burung yang memiliki wilayah jelajah luas dan berperan besar dalam menjaga keanekaragaman hayati di kawasan cagar biosfer tersebut.***