BERTUAHPOS.COM (BPC), KAMPAR – Pengusaha ikan menggunakan keramba di sepanjang aliran Sungai Kampar gagal panen. Hal itu dikarenakan air di PLTA Koto Panjang yang sempat meluap sehingga terpaksa dibukanya pintu air.
Padahal budidaya ikan dengan keramba merupakan salah satu usaha yang digeluti  oleh masyarakat di sepanjang aliran Sungai Kampar sejak lama. Dan bergantung pada mata pencaharian ini.
Namun semenjak banjir yang melanda di kawasan Kampar beberapa hari yang lalu, warga sekitar enggan lagi meneruskan usaha budi daya ikan di keramba. Sebab keramba sebagai media budidaya ikan telah pecah dihantam derasnya arus Sungai Kampar.
Seperti yang disampaikan Marzuki, seorang warga yang memiliki usaha ikan keramba di sepanjang PLTA Koto Panjang. Dirinya mengatakan bahwa rata-rata keramba yang akan dipanen beberapa hari lagi sudah hanyut di sapu derasnya arus sungai. “Dengan arus yang deras dan tinggi keramba yang diletak di sungai pecah dan membuat ikan yang berada di dalamnya ikut lepas,” ujarnya kepada bertuahpos.com, Mingggu (24/01/2016).
Marzuki menuturkan kondisi ini memang sulit dicegah, sebab curah hujan yang tinggi sangat berpengaruh bagi pintu air PLTA Koto Panjang. “Apabila air tidak lepas, maka bendungan mungkin akan jebol dan mengakibatkan banjir yang parah di sebagian besar Kabupaten Kampar,” terangnya.
Pantauan bertuahpos.com, memang disepanjang aliran sungai kampar kerap menjadi tempat budi daya ikan bagi warga sekitar. Sehingga bukan tidak mungkin banjir beberapa waktu lalu menghanjutkan serta membuat keramba ikan pecah dihantam derasnya arus.
Saat ditanya total kerugian yang dialami, Marzuki mengatakan berkisar puluhan juta. “Kerugian pribadi saya taksir sekitar puluhan juta, hal ini yang menjadikan saya sulit untuk memulai dengan membeli bibit baru untuk kerambah lagi,” sesalnya.
Hal yang sama juga dikatakan Doni, warga sekitar. “Itu baru satu orang pak, belum warga di sepanjang aliran sungai Kampar yang bergantung dengan hasil keramba ini. Saya pribadi saja mengalami kerugian hampir sama (puluhan juta rupiah),” tambahnya.
Doni hanya berharap, agar pihak pemerintah atau PLTA Koto Panjang mengingatkan jauh-jauh hari sekiranya pintu air akan dibuka. “Pasalnya kemarin kami tidak mengetahui akan ada pembukaan pintu air, sehingga kami dapat menyelamatkan keramba yang kami kelola, sebab kami sangat bergantung dengan hasilnya,” katanya. (yudha)