BERTUAHPOS.COM,Blitar -Batok kelapa, bagi sebagian orang tidak bermanfaat, biasanya hanya dibuang atau dibakar. Namun bagi Emy Erawati (38), warga Dusun Seduri, Desa Wonodadi, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, batok kelapa sangat berharga.
Di tangan Emy, batok kelapa disulap menjadi pundi-pundi rupiah. Batok itu diubah menjadi berbagai kerajinan tangan dan menghasilkan nilai jual tinggi seperti dompet, sabuk, aksesoris dan tas. Ia mampu meraih keuntungan puluhan juta rupiah per bulan.
Tas buatan Emy menjadi primadona bagi konsumen, bahkan, tas batok buatan tangannya mampu menembus pasar ekspor.
Awal kisah suksesnya dimulai tahun 1995, saat Emy melihat tumpukan batok kelapa yang terbuang percuma. Ia berpikir untuk memanfaatkan batok tersebut.
Dari coba-coba, akhirnya Emy membuat berbagai kerajinan dengan bahan baku batok. Ia mulai usaha dibantu suaminya, Marlean dengan membuat berbagai macam kerajinan.
Pasar lebih menyukai kerajinan tas dibanding beberapa hasil kerajinan lain dari batok kelapa. Melihat hal tersebut, Emy akhirnya membidik pasar tas dengan lebih fokus memilih model-model tas yang disukai pasar.
Gayung pun bersambut, Geliat pasar pasca krisis moneter 1998 semakin menjanjikan. Emy pun membidik Bali sebagai salah satu pasar potensial karena banyak turis mancanegara.
“Saya lebih memilih Bali sebagai pasar. Alasannya karena disana banyak wisatawan, apalagi wisatawan asing. Jadi kalau pulang biasanya mereka membawa oleh-oleh yang unik dan khas. 50% produk kami dibawa ke Bali,” tutur Emy saat berbincang dengan detikFinance di kediamannya, Selasa (3/11/2013).
Produk Emy mulai dikenal di mancanegara, melalui para perantara produknya di Bali, produk Emy dipasarkan hingga ke Eropa. “Yang sering minta itu Belanda dan Swiss. Kalau negara-negara tetangga yang sudah berlangganan ya Malaysia, Singapura dan Brunei,” tambah Emy.
Ia tetap optimistis produknya lebih diminati daripada produk tas lainnya. Alasannya, pembuatan kerajinan dari batok membutuhkan keterampilan khusus. Tingkat kesulitan yang tinggi membuat produk ini masih jarang digeluti orang lain.
“Anda bisa lihat sendiri kan tadi. Prosesnya panjang dan sulit. Alat-alat yang digunakan juga hasil modifikasi kami sendiri, tidak tersedia di toko. Jadi menurut saya masih sedikit yang melirik bisnis ini. Belum lagi ngomong pemasaran mas,” ungkap Emy.
Saat ini, Emy telah mempekerjakan lebih dari 200 orang. Namun, pengerjaannya kebanyakan dibawa pulang oleh karyawannya untuk dikerjakan di rumah masing-masing.
Harga kerajinan batok antara Rp 10.000 hingga Rp 200.000. Keuntungan yang diraup Emy tiap bulannya mencapai hingga puluhan juta rupiah.(detik.com)