BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bicara toleransi dalam Islam, teladani ajaran KH Idham Khalid.
Dia adalah Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) yang paling lama menjabat, yakni 28 tahun. KH Idham Khalid memimpin dan membesarkan NU mulai Desember 1955 hingga tahun 1984.
KH Idham Khalid adalah salah satu tokoh agama yang sangat menghargai perbedaan dan toleransi dalam beragama.
Persahabatan KH Idham Khalid dengan Buya Hamka menjadi saksinya.
Sewaktu menjadi Ketua Umum PBNU, KH. Idham Khalid sering bepergian berdakwah. Tak jarang, dia berdakwah bersama Buya Hamka yang notabenenya seorang Muhammadiyah tulen.
Dalam praktik salat subuh, dua ulama ini tentu berbeda pendapat. Buya Hamka yang Muhammdiyah tentu tidak membaca doa qunut.
Sebaliknya KH Idham Khalid sebagai NU tentu membaca doa qunut.
Dalam perjalananan berdakwah, dua ulama ini secara bergantian menjadi imam salat subuh.
Ketika Buya Hamka yang menjadi imam, dia membaca doa qunut, karena menghormati KH Idham Khalid.
KH Idham Khalid juga melakukan hal yang sama.
Ketika gilirannya menjadi imam salat subuh, karena menghormati Buya Hamka yang Muhammadiyah, dia tidak membaca doa qunut.
Begitulah bentuk toleransi dan kebersamaan yang dicontohkan dua ulama besar ini.
Mereka saling menghormati satu sama lain, tanpa perlu mencaci atau menyalahkan yang lain.
Tanggal 11 Juli 2010, Idham Khalid meninggal dunia di Jakarta di umur 88 tahun. Atas jasanya, KH Idham Khalid diangkat sebagai Pahlawan Nasional. (bpc4)
Sumber: Kata Pengantar Ahmad Syafii Maarif, dalam buku Buya Hamka: Sebuah Novel Biografi, karya Haidar Musyafa, diterbitkan Umania, 2018