BERTUAHPOS.COM – Bangunan Tangsi Belanda di Siak kini menjadi salah satu tempat paling ikonik di daerah itu, setelah pemerintah setempat melakukan pemugaran.
Meskipun berdiri di atas tanah gambut, di bibir Sungai Siak, Tangsi Belanda ini menggunakan pondasi yang betul-betul diperhitungkan dengan kondisi alam di sekitarnya.
Dulunya, warga setempat mengira bahwa bangunan Tangsi Belanda ini merupakan sebuah terowongan. Asumsi ini kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Bangunan sisa peninggalan Belanda inipun, sudah menjadi cagar budaya.
Jika diamati, bentuk bangunannya sangat fungsional, menyerupai bangunan di Eropa menjadi ciri khas yang membedakan Tangsi Belanda dari bangunan kolonial lainnya.
Tidak hanya dari segi arsitektur, tata letak bangunan yang menghadap ke Sungai Siak juga menunjukkan penerapan konsep water front city. Diperkirakan, pada masa kolonial, Belanda memanfaatkan posisi ini untuk mengintai kapal-kapal yang memasuki muara Sungai Siak.
Pada tahun 2018, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan revitalisasi terhadap Gedung A dan Gedung F di kompleks Tangsi Belanda dengan anggaran sebesar Rp 5,2 miliar.
Gedung F, yang berfungsi sebagai tempat makan tentara Belanda itu, diprioritaskan karena strukturnya yang lebih lengkap, sementara bangunan lain hanya tersisa tapak pondasinya.
Untuk mempertahankan keaslian sejarah, Pemerintah Kabupaten Siak mengemas sisa tapak pondasi ini sebagai objek wisata edukatif.
Dengan penambahan pencahayaan yang estetik, situs ini menjadi daya tarik tersendiri, baik untuk wisatawan maupun sebagai lokasi studi seni arsitektur bangunan kolonial abad ke-19.
Pemerintah setempat berharap agar aset cagar budaya ini dapat tetap lestari melalui pengelolaan yang baik, sehingga selain menjadi magnet pariwisata, situs ini juga dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Tangsi Belanda di Siak, merupakan bangunan megah yang telah berdiri sejak abad ke-18. Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Siak ke-9, Sultan Asy-Syaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin, yang memerintah dari tahun 1827 hingga 1864, bangunan ini menjadi saksi bisu sejarah kejayaan masa lalu.
Kompleks tangsi atau benteng ini terdiri dari enam unit bangunan yang tersusun dalam formasi melingkar. Di tengahnya, terdapat halaman luas yang dulu memiliki beragam fungsi penting.
Setiap bangunan dalam kompleks ini memiliki peran spesifik, mulai dari penjara, asrama, kantor, hingga gudang senjata dan logistik. Pendirian Tangsi Belanda ini dilakukan setelah pembangunan Istana Siak, menambah kekuatan sistem pertahanan yang dibangun pada masa itu.
Keberadaan Tangsi Belanda tidak hanya sebagai peninggalan sejarah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan dan kecerdikan arsitektur masa lalu yang masih bisa dinikmati hingga kini. Saat ini, bangunan itu menjadi salah satu destinasi wisata edukasi dan sejarah di tanah para raja ini.***