BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pengamat politik Rocky Gerung menilai tes wawasan kebangsaan atau TWK yang dilakukan terhadap penyidik KPK merupakan upaya pemerintah untuk melegalkan korupsi di Indonesia. Hal ini, menurutnya sepaket dengan beralihnya status KPK menjadi lembaga negara di bawah presiden.
“Bisa terlihat bahwa ini merupakan upaya negara dalam melegalkan korupsi atau menghilangkan jejak para koruptor,” ujarnya dalam video di kanal YouTube Rocky Gerung Official, dikutip Selasa, 8 Mei 2021.
Hanya saja, menurut Rocky Gerung, upaya untuk melegalkan korupsi itu dibungkus dengan narasi untuk melawan radikalisme. Dengan demikian tercapailah tujuan pemerintah bahwa Indonesia saat ini sedang dalam situasi berbahaya dan seolah-olah harus diselamatkan.
Rocky Gerung menyebut, bahwa simbol radikalisme merupakan narasi paling seksi untuk dipakai sebagai alat untuk menyingkirkan sosok-sosok berintegritas di tubuh KPK.
Jika memang simbol radikalisme itu akhirnya dimanfaatkan menurut Rocky memang penyidik KPK itu harus orang-orang radikal, “Sebab koruptornya juga radikal cara merampoknya,” ungkapnya.
Sejatinya, menurut dia, para penyidik KPK harus berada dalam perspektif radikal untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Oleh karena itu, Rocky menyebut peristiwa tersebut sebagai permainan politik yang memiliki dua tujuan.
Pertama, untuk menyingkirkan kasus besar di KPK yang sedang disidik oleh penyidik-penyidik radikal yang ingin menegakkan keadilan. Kedua, untuk mengirim sinyal bahwa Indonesia sedang ada dalam bahaya karena ada konsolidasi kekuatan umat Islam.
“Seolah-olah orang yang salah menjawab itu dianggap tidak baik moralnya. Sampai urusan rahim perempuan bahkan sampai dipersoalkan di situ. Urusannya apa? Itu menghina warga negara dan melecehkan perempuan,” paparnya.
Dia menuturkan, bahwa tidak akan mungkin ada keakraban di dalam bangsa ini jika negara mengurus warga negaranya dengan teori pecah belah. “Jadi, divided nation ini memang sedang terjadi,” tuturnya. (bpc2)