BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo punya amunisi untuk berantas terorisme. Namun pengamat ‘meragukan’ itu.
Amunisi itu, kata Moeldoko, juga cukup untuk membongkar membongkar habis aksi teror hingga ke akar-akarnya.
Pascaledakan bom bunuh diri di Makassar, lalu berlanjut atas serangan di Mabes Polri, soal keamanan nasional menjadi hal yang dianggap perlu mendapat fokus perhatian pemerintah.
Presiden Joko Widodo [Jokowi] sejak awal juga telah menyatakan perang terhadap terorisme. Namun tindakan-tindakan teror terus terjadi.
Pemerintah mengklaim bahwa negara sangat siap untuk mengatasi masalah keamanan nasional yang dikhawatirkan publik.
“Pemerintah telah memiliki perangkat hukum dan strategi lengkap untuk membongkar sel teror hingga ke akar-akarnya, termasuk melalui pendekatan hard approach,” kata Moeldoko dalam keterangan resminya, Kamis 1 April 2021.
Moeldoko juga klaim bahwa strategi pemerintah dalam menumpas aksi terorisme akan membuat mereka tidak memiliki tempat untuk bersembunyi di berbagai wilayah indonesia.
“Seluruhnya akan dibongkar. Upaya penegakan hukum akan dilaksanakan dengan tegas, adil, dan seefektif mungkin,” tegasnya.
Sebelumnya, pengamat politik Rocky Gerung mengungkapkan, ada kejanggalan terutama atas kasus bom bunuh diri di Makassar.
Rocky Gerung menilai, pemerintah dengan segenap perangkatnya mengetahui bahwa ada ancaman, dan ada sesuatu yang akan terjadi, “Tapi kenapa itu tidak dicegah,” tuturnya dalam video yang ditayangkan di Channel Youtube Rocky Gerung Official, di lihat Bertuahpos.com.
Menurut Rocky Gerung, sesuatu yang berbasis pada kekerasan sangat tidak berguna bagi agama, manusia, dan apalagi demokrasi.
Tetapi publik selalu menganggap bahwa, kok ada semacam fantasi bahwa setiap kali ada upaya untuk membongkar sat kejahatan lalu timbul kejahatan baru.
“Jadi bukan masalah di Makassar-nya yang sebetulnya menjadi pokok persoalan. Tentu terorisme itu ada orang yang menjadi teroris, yang tetap ingin menghasilkan kekerasan dalam memaksakan kepentingan politik. Tapi publik lebih cerdas, dia melihat lapisan di belakang itu apa?,” ujar Rocky Gerung.
“Kenapa pada hari Minggu ketika ibadah, kenapa bersamaan dengan Habib Rizieq, kenapa Moeldoko pernah ngomong tentang radikalisme, kenapa Pak Mahfud MD juga sebulan lalu udah wanti-wanti tentang keadaan dan perlunya stabilitas,” terangnya.
“Kan artinya kekuasan tahu adanya potensi kekerasan, lalu kenapa nggak dicegah. Kalau sudah diungkapkan sebelumnya, artinya intelijen sudah mencium itu, bukan setelah terjadi baru sibuk mencari keterangan,” jelasnya. (bpc2)