BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Saat pergolakan daerah di tahun 1958, seperti Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) di Sulawesi dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera, perang yang terjadi adalah perang saudara.
Tak jarang, saudara kandung harus saling berhadapan di medan perang, karena beda kubu. Sang kakak berada di pihak TNI, sementara sang adik berada di pihak Permesta.
Kedua pihak sebenarnya menyadari bahwa perang yang terjadi hanyalah akan memakan korban sesama anak bangsa. Karena itu, tak jarang ada anggota TNI yang membocorkan rencana operasi, agar pihak Permesta segera menghindar.
Saat saling kontak pun, banyak anggota TNI yang sengaja asal tembak ke daerah kosong. Hal ini agar tak timbul korban jiwa di antara kedua pihak. Bahkan, tak jarang anggota TNI ini membuang makanan kaleng ataupun rokok, dengan tujuan bisa diambil pihak Permesta.
“Penduduk disana juga tak ingin ada korban jiwa, baik di Permesta ataupun TNI,” ujar salah satu mantan Permesta, Phill M Sulu, dikutip dari Historia.id.
Pernah dalam suatu pertempuran, kisah unik terjadi. Sang kakak yang anggota TNI, berteriak di tengah pertempuran untuk memperingatkan sang adik di pihak Permesta.
“Andi…bapelaka bae bae ngana, jangan kana kita pe Bren…<span;>(Andi…tiarap yang benar, jangan sampai terkena tembakan Bren saya).” Bren adalah senapan mesin ringan.
Tanpa disangka, teriakan itu ternyata terdengar sampai pihak Permesta, sehingga sang adik segera membalas.
“Io Alo…ngana lei, jaga bae bae ngana pe testa. Kita pelor Bar nyandak ada mata. (Iya Alo…kau juga, lindungi dahimu, karena peluru Barku tidak punya mata).” Maksudnya BAR (Browning Automatic Rifle), yaitu senapan mesin ringan. (bpc4)