BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – “Seseorang belum dinyatakan beriman sebelum dia diuji terlebih dahulu,” kata Ustaz Aulia dalam khutbahnya, Jumat, 12 Juli 2019. Kadar keimanan seseorang sejatinya bisa diukur. Oleh sebab itu iman memiliki tingkatan-tingkatan.
Allah SWT mencintai hambanya bukan karena kondisi lahiriah, melainkan karena amal-amal saleh yang diperbuat semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya. Namun demikian bukan semata-mata untuk mendapatkan kecintaan Allah denga cara cuma-cuma. Allah punya cara sendiri untuk menguji keimanan hambanya.Â
“Hal itu sudah dilakukan sejak zaman para nabi dan rasul. Bahwa keimanan mereka sejatinya diuji tidak lain untuk mengangkatkan derajatnya di mata Allah SWT,” sebutnya.
Dia menyontohkan, bagaimana nabi Ibrahim yang diuji dengan ayahnya. Tatkala Ibrahim menyerukan untuk beriman kepada Allah, Ayahnya sendiri ketika itu seorang pembuat patung (berhala). Dan hingga akhir hayat, sang Ayah Ibrahim mati dalam keadaan kafir.
Selanjutnya ada nabi Nuh, yang diuji dengan anak dan istrinya, sehingga harus tenggelam karena ditelan banjir besar. Padahal sejak jauh-jauh hari Nuh, sudah menyerukan panggilan kepada keluarganya untuk beriman kepada Allah.
“Iman itu harus ditetapkan di dalam hati, diucapkan dan diperbuat dengan anggota badan dalam bentuk amalan-amalan,” sebutnya. (bpc3)