BERTUAHPOS.COM – Maksud hati supaya anak tidak jajan makanan yang kurang sehat di sekolah, akhrinya orangtua tak membiasakan diri memberikan uang saku sebagai pegangan. Padahal, dengan memberikan uang saku pada anak dalam jumlah terbatas sekali pun, orangtua telah mulai mengajarkan anak tentang mengelola uang  dengan cara paling sederhana.
Â
Seperti kata Godo Tjahjono, RFC, Penasihat International Association of Registered Finansial Counsultan Indonesia Chapter dalam buku Serba-Serbi Anak , anak sebenarnya sudah harus diajarkan cara mengelola uang sejak usia sekolah dasar. Salah satu caranya adalah dengan memberikan uang saku.
Â
 Ia menyarankan sebaiknya pemberian uang saku dilakukan secara bertahap. Usia SD uang saku diberikan harian, usia SMP secara mingguan, dan SMA sampai kuliah diberikan bulanan.
“Pemberian uang saku  justru mengajarkan prinsip bahwa uang saku tidak sama dengan uang jajan. Uang saku bisa digunakan untuk jajan, menabung, dan bersedekah. Artinya, anak-anak diajarkan untuk mengontrol dan tidak menghabiskan uang sakunya,” kata Godo.
Â
Namun, ini bukan berarti Anda juga boleh terlalu royal memberikan uang saku pada anak. Berikan uang saku dalam jumlah yang tepat, Â agar mereka mulai belajar bagaimana mengelola dan mencukupi semua kebutuhannya dengan uang saku tersebut.
Â
Ada beberapa komponen pemberian uang jajan yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk memberikan uang saku yang pas  untuk anak:
- Uang saku memiliki komponen uang untuk dibelanjakan (uang jajan), uang untuk ditabung dan uang untuk didermakan.
- Besarnya uang jajan anak ini disesuaikan dengan standar hidup keluarga dan juga uang transport  (bila perlu).
- Lebihkan  sekitar 20-30 persen untuk digunakan sebagai alokasi dana tabungan dan juga untuk aksi sosial di sekolah anak.
Selain tiga hal tersebut, hal utama lainnya adalah uang jajan anak mesti disesuaikan dengan penghasilan bulanan orangtua. Pasalnya, bila Anda salah menentukan nominal uang saku anak, bisa mempengaruhi arus kas rumahtangga lainnya.(Tabloidnova)
Â