BERTUAHPOS.COM, JAKARTAÂ – Beragam cara dilakukan orang untuk menurunkan berat badan. Namun, menurut ahli nutrisi Cynthia Sass, ada tujuh kebiasaan buruk yang malah mengganggu program penurunan berat badan. Apa saja kebiasaan buruk itu?
1. Minum Minuman Beralkohol
Minum minuman beralkohol memiliki efek domino. Setelah sekali minum, Cynthia mengatakan, sifat menahan diri berkurang dan nafsu makan berhenti. Selain itu, ada kalori lebih saat meminum koktail. Hasilnya, mereka mengonsumsi ratusan kalori. “Ini sering terjadi dari yang mereka sadari,” ujar Cynthia seperti dikutip dari Huffington Post, Ahad 21 Desember 2014.
Namun ada berita bagus saat mereka mengurangi kebiasaan tersebut. Berat badan mereka, kata Cynthia, akan berkurang. “Jika Anda berkomitmen mengurangi minum minuman beralkohol, misalnya seminggu sekali, hasilnya akan drastis,” ujarnya.
2. Makan Makanan Diet
Banyak klien Cynthia masih kelaparan meski telah menyantap makanan diet. Akhirnya, mereka memakan makanan lain. Misalnya, mengambil sebotol mentega almond dan segenggam sereal. “Mereka justru mengonsumsi lebih banyak kalori,” ujarnya.
3. Makan Makanan Sehat Berlebihan
Cynthia mengaku senang saat kliennya menyukai makanan sehat seperti sayuran, kacang merah, alpukat, dan biji-bijian. Terkadang, kata dia, kliennya terlalu banyak mengonsumsi makanan sehat. “Ada satu kliennya saya menukar makanan cepat saji dengan oatmeal,” ucapnya.
Namun oatmel yang dikonsumsi kliennya terlalu berlebihan. Sebab, kata Cynthia, sepanjang hari kliennya bekerja di belakang meja. “Intinya, seluruh makanan yang kaya nutrisi akan meningkatkan metabolisme. Kenyataannya, Anda terlalu berlebihan,” ucapnya.
4. Tidak Makan
Orang biasanya tidak makan saat menjalani program penurunan berat badan. Menurut Cynthia, kebiasaan tersebut justru memiliki dua efek samping sehingga merusak penurunan berat badan. “Pertama Anda akan membakar kalori lebih sedikit dan tidak punya banyak ‘bahan bakar’ saat membutuhkannya,” ucapnya.
Kedua, kata Cynthia, biasanya orang akan makan berlebihan pada malam harinya saat tingkat aktivitasnya rendah. “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ini bukan hanya tentang keseluruhan kalori dalam sehari, namun juga ketika Anda sedang memakannya. Ini yang penting,” katanya.
Yang paling benar adalah makan dengan porsi besar sebelum memulai aktivitas berjam-jam. Namun makan dengan porsi kecil saat jam aktivitas berkurang. “Dan jangan sampai kita tidak makan dalam empat atau lima jam,” ucap Cynthia.
Selanjutnya: Kalkulasi Kalori, Dilema Lemak, dan Emosi
5. Menghitung Kalori
Terlepas dari fakta, kata Cynthia, kualitas dan ketepatan waktu mengonsumsi kalori sangat penting dalam proses penurunan berat badan. Namun praktek penghitungan jumlah kalori bisa menjadi bumerang. “Sebuah studi menemukan bahwa meski tanpa batasan, menghitung jumlah kalori membuat perempuan tertekan,” ucapnya.
Cynthia mengatakan tidak semua orang ingin mengalami hal tersebut. Sebab, peningkatan stres dapat menyebabkan lonjakan kortisol, sebuah hormon yang meningkatkan nafsu makan, untuk memakan makanan berlemak dan bergula. “Serta menambah penyimpanan lemak di perut,” katanya.
Menurut Cynthia, informasi tentang kalori yang tersedia di kotak makanan atau menu makanan di restoran bukanlah sistem yang sempurna. “Saya tidak mengatakan bahwa info kalori tidak berarti. Namun saya pikir ada beberapa cara efektif dan kurang praktis mengurangi kalori,” ujarnya.
6. Menghindari Lemak
Para ahli gizi berusaha menghilangkan pendapat bahwa mengonsumsi lemak akan membuat gemuk. Namun penduduk Amerika Serikat tetap saja fobia lemak. Cynthia mengatakan, kliennya menghindari mengonsumsi alpukat lantaran memiliki kandungan lemak yang tinggi.
Menurut Cynthia, mengonsumsi lemak sehat merupakan sebuah cara jitu dalam strategi menurunkan berat badan. Selain mengurangi peradangan, lemak sehat membuat Anda tetap kenyang lebih lama,” katanya.
7. Makan dengan Emasional
Cynthia mengatakan kebiasaan makan karena bosan, cemas, marah atau senang merupakan salah satu masalah besar yang dialami kliennya saat berupaya menurunkan berat badan. “Kami praktis diajarakan sejak lahir untuk menghubungkan makan dan perasaan,” ujarnya.
Cynthia mengungkapkan banyak kliennya yang bercerita bahwa mereka dihadiahi dengan makanan jika memenangkan sebuah pertandingan atau setelah diolok-olok di sekolah. “Kami punya ikatan batin dengan makanan seperti untuk merayakan sesuatu atau sebagai cara mengatasi perasaan yang tidak nyaman,” ujarnya.
Cynthia yakin seseorang akan mampu mengurangi berat badannya jika mampu menemukan alternatif untuk mengatasi kebutuhan emosionalnya sekitar 50 persen dalam satu waktu. “Alih-alih diet, perubahan ini yang paling mungkin dan berdampak dalam penurunan berat badan,” ujarnya (Tempo)