BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Heboh tiket pesawat mahal. Pihak maskapai di Indonesia seolah kompak dengan sama-sama mematok harga tiket pesawat penerbangan domestik secara tinggi. Bisnis maskapai itu memang bisnis kelas atas. Tapi anggapan masyarakat yang melakukan perjalanan dengan transportasi udara ini, rata-rata mereka dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas, itu stigma jadul. Kini, naik pesawat bukan lagi sebuah gaya hidup melainkan kebutuhan. Orang-orang kampung rata-rata juga bernah melakukan perjalanan dengan pesawat.
Fenomena harga tiket tinggi wajar jika mendapat protes. Belum lagi sejumlah maskapai yang memberlakukan kebijakan penghapusan bagasi cuma-cuma. Sederhananya tidak ada lagi bagasi gratis. Semuanya harus bayar. Bahkan jangan kaget kalau Anda harus merogoh kocek dalam untuk membayar bagasi, sebanding dengan harga tiket sekali perjalanan ke Jakarta (harga normal). Pola pergerakan kenaikan harga tiket pesawat jika dicermati, sangat ditetantukan oleh momentum hari besar dan libur panjang. Misalnya hari libur terjepit di akhir pekan, momentum spesial seperti lebaran, atau pada saat libur panjang pergantian tahun.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom (Foto: Melba)
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, mencatat pada November 2018 transportasi yang di dalamnya masuk penjualan harga tiket pesawat, memberi andil inflasi di Riau sebesar 0,10 persen.”Biasanya menjelang akhir tahun ada banyak aktivitas bepergian ke luar daerah. Sehingga ongkos pesawat juga cenderung naik,” kata Kepala BPS Riau, Aden Gultom. Harga tiket pesawat yang semakin melambung kembali tercatat sebagai penyumbang inflasi terbesar pada Desember 2018 sebesar dalam kelompok transportasi sebesar 0,13 persen.
Sederhananya, jika harga tiket pesawat tinggi, kecenderungan konsumen akan menahan diri. Terutama bagi mereka yang hanya melakukan perjalanan untuk travelling. Artinya, yang betul-betul terbang hanya mereka dengan keperluan khsusus, misal perjalanan dinas. Itupun jumlahnya terbatas.Â
Karena jumlah penumpang sedikit, kebutuhan operasional untuk sekali berangkat tidak mencukupi. Maka untuk seterusnya harga tiket akan tetap tinggi karena harus menutupi biaya operasional sebelumnya. Termasuk fluktuasi harga aftur (bahan bakar pesawat) menjadi salah satu faktor penyebab mengata harga tiket pesawat terus meroket.
Ketua ASITA Riau, Dede Firmansyah (Foto: Net)
Ketua ASITA Riau, Dede Firmansyah, saat mereka melakukan pertemuan salah satu pihak maskapai belum lama ini, memeberkan bagaimana satu Pesawat Garuda harus tetap mengudara dengan jumlah penumpang hanya 8 orang. Ini sudah pasti tidak akan mampu menutupi biaya operasional sekali penerbangan.Â
Masyarakat semakin mengurungkan niat untuk naik pesawat dengan diberlakukannya penghapusan bagasi gratis oleh beberapa maskapai, seperti Lion Air, Wings, belakangan Citilink juga akan memberlakukan kebijakan sama. Selain biaya tiket mahal, ongkos sekali perjalanan juga akan mahal, sebab terlalu banyak rupiah yang harus dikuras dari kantong saku.
Asisten II Setdaprov Riau bidang Ekonomi dan Pembangunan, Masperi, menyebut tingginya harga tiket pesawat dan diberlakukannya kebijakan penghapusan bagasi gratis merupakan sebuah strategi bisnis maskapai untuk meraup keuntungan. “Kalau kebijakan seperti ini diberlakukan kira-kira mau tidak orang naik pesawat. Kalau tidak ada, ada potensi industri lain yang akan tumbuh karena orang mengalihkan kebutuhannya,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, solusi harga tiket murah adalah sebuah keharusan untuk meredam beragam gejolak dan protes masyarakat. Jika tidak, harus ada alternatif lain, misalnya melakukan perjalanan dengan transportasi darat, atau masyarakat kembali naik bus, seperti tempo dulu. Namun untuk efisiensi waktu sangat tidak memungkinkan. Maka melakukan perjalanan dengan transportasi udara akan menjadi gaya hidup orang-orang kelas tinggi saja (ekonomi keatas).
Asisten II Setdaprov Riau, Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Masperi (Foto: Net)
Mengapa harga tiket peswat terus meroket? Mungkinkan ada kaitannya dengan meruginya Maskapai Garuda, dan insiden jatuhnya Lion Air JT 610 beberapa waktu lalu? Sehingga pihak maskapai harus mengembalikan kerugian perusahaan, dengan mengeluarkan kebijakan yang bikin masyarakat tercekik?
Protes terhadap masalah ini masih menggema di mana-mana. Oleh sebab itu, komitmen Kementerian Perhubungan yang menyebut semua kebijakan maskapai harus dihentikan jika gejolak muncul, kini masih dipertanyakan. Sangat mustahil rasanya gelombang protes ini tidak sampai ke telinga pemerintah. Namun faktanya harga tiket pesawat masih tetap melambung.
Lebih dari 125 ribu orang sudah menandatangani petisi “Turunkan Harga Tiket Pesawat Domestik” di Change.org, pada pukul 11:31 WIB, Sabtiu 12 Januari 2019. Sekali lagi, ini menjadi bukti kalau masyarakat bergejolak atas masalah ini.
BJ. Habibie, pernah mengatakan dengan dengan kondisi geografis Indoensia yang terdiri dari pulau-pulau, hanya bisa disatukan dengan moda transportasi udara. Ini pula motivasi yang selalu membara di dalam dananya, kenapa dia harus bikin pesawat. Aduh, sedih sekali jika masyarakat harus kembali berdesakan di bus dengan waktu lama hanya untuk melakukan sebuah perjalanan. (bpc3)