BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Alkisah, pada suatu ketika, Nabi Isa as dan seorang sahabatnya bepergian bersama. Mereka hanya membawa sepotong roti sebagai bekal.
Seperti diceritakan Ustadz Marhalim S.Ag di Masjid Daarul Abrar, Pekanbaru, ketika sudah lelah berjalan, Nabi Isa dan sahabatnya memutuskan untuk beristirahat. Mereka kemudian memotong 3 roti tersebut, dan memakannya masing-masing 1 potong. Sehingga, tersisa 1 potong roti lagi.
Setelah makan, Nabi Isa kemudian pergi ke sungai. Sahabat Nabi Isa ternyata orang yang tamak, dan memakan roti yang tinggal 1 potong tersebut.
Ketika kembali, Nabi Isa tidak melihat 1 potong roti sisanya. Bertanyalah Nabi Isa kepada sahabatnya “Wahai sahabatku, kemana roti yang 1 potong lagi?” tanya Nabi Isa.
Sahabatnya ternyata menjawab bahwa saat Nabi Isa pergi ke sungai, sepotong roti tersebut telah direbut oleh seorang perampok. “Aku tak berdaya untuk melawannya,” bohong sahabat Nabi Isa.
Nabi Isa kemudian tidak berkata apa-apa lagi, dan mengajak sahabatnya melanjutkan perjalanan.
Ditengah jalan, mereka bertemu sungai lebar nan dalam. Tidak ada jembatan. Maka, Nabi Isa meminta sang sahabat memegang pundaknya.
“Sahabatku atas izin Allah, maka kita akan berjalan kaki diatas air sungai ini,” kata Nabi Isa.
Berjalanlah mereka diatas air sungai itu dengan izin Allah, dan selamat sampai seberang. Kemudian, Nabi Isa bertanya kepada sahabatnya.
“Sahabatku, dengan izin Allah, kita bisa berjalan di atas air sungai ini. Tentu dengan Allah tahu siapa yang memakan roti yang 1 potong tersebut. Siapa yang memakannya ya sahabatku?” tanya Nabi Isa.
Namun, sang sahabat hanya mengatakan tidak tahu. Dan perjalanan dilanjutkan kembali.
Setelah lama berjalan, keduanya merasa lelah dan lapar. Lalu, nampak seekor rusa. Rusa tersebut lalu ditangkap dan disembelih, dan dimakan bersama-sama hingga habis.
Selesai makan, Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar rusa yang mereka makan hidup lagi. Tiba-tiba, rusa tersebut hidup lagi.
“Sahabatku, dengan mudah Allah menghidupkan rusa yang sudah mati. Tentu Allah tahu siapa yang memakan roti yang sepotong tadi. Siapakah yang memakannya ya sahabatku?” tanya Nabi Isa lagi.
Sahabatnya masih tidak mau mengaku, dan mengatakan tidak tahu. Keduanya kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
Akhirnya, Nabi Isa dan sahabatnya sampai di tepian pantai. Pasir membentang sepanjang pesisir. Dengan izin Allah, Nabi Isa mengambil segenggam pasir, yang kemudian berubah menjadi emas.
“Sahabatku, emas ini akan saya berikan kepada orang yang memakan roti kita yang sepotong tempo hari,” kata Nabi Isa.
Sang sahabat yang tamak tersebut tiba-tiba mengaku, bahwa dialah yang memakan roti tersebut. Nabi Isa kemudian memberikan emas itu, namun meminta sahabatnya tidak lagi mengikutinya, karena sifatnya yang tamak.
“Kita berpisah di sini. Emas ini untuk engkau,” kata Nabi Isa.
Setelah berpisah dengan Nabi Isa, sang mantan sahabat kemudian melanjutkan perjalanan. Malang, ditengah jalan, dia dihadang 2 perampok.
“Serahkan emasmu, atau kami akan membunuhmu,” ancam perampok.
Mantan sahabat Nabi Isa ketakutan. Namun, dia mencoba membujuk perampok agar emas tersebut dibagi 3. Para perampok setuju.
Kemudian, salah satu perampok pergi ke pasar untuk membeli makanan. Di tengah jalan, perampok ini berpikiran jahat untuk memberikan racun di makanan yang dibelinya. Dengan demikian, seluruh emas akan jadi miliknya.
Mantan sahabat Nabi Isa dan satu perampok lagi ternyata juga mempunyai kesepakatan jahat. Keduanya berencana membunuh perampok yang pergi membeli makanan, dan emasnya hanya dibagi 2.
Begitu 1 perampok kembali dari pasar, keduanya segera membunuhnya. Matilah perampok itu. Mantan sahabat Nabi Isa dan 1 perampok lagi merasa senang. Emas dibagi 2, dan mereka memutuskan untuk berpisah.
“Sebelum berpisah, marilah kita makan dulu. Rugi jika makanan yang dibeli ini tak dimakan,” ajak mantan sahabat Nabi Isa, tanpa mengetahui bahwa makanan itu telah diracun.
Matilah 2 orang tersebut, dan tinggallah emas segenggam tersebut tanpa tuan, akibat ketamakan. (bpc4)