BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Angkatan Perang Islam di zaman khulafaur rasyidin dikenal dengan semangat dan moral yang tinggi.
Di zaman ini, angkatan perang Islam mempunyai struktur yang cukup sederhana. Pemimpin tertinggi atau Amir berada di tangan khalifah di Madinah.
Kemudian, di peperangan, pasukan dipimpin oleh seorang jenderal. Tak hanya memimpin pasukan, jenderal ini juga bertugas sebagai imam salat dan juga hakim.
Sejarawan barat, Philip K. Hitti dalam bukunya berjudul History of the Arabs, 1937 menuliskan pasukan Islam terbagi atas tiga bagian.
Unit pertama, atau pasukan inti, adalah pasukan infanteri dengan bersenjatakan panah, perisai, pedang, dan ketapel.
Kemudian, ada dua pasukan sayap, yang diposisikan di depan dan belakang pasukan inti. Pasukan sayap adalah pasukan berkuda, dengan senjata utamanya rumh (tombak).
Suku-suku lain di Arab dijadikan pasukan cadangan. Masing-masing suku memiliki ciri khas sendiri. Biasanya, mereka akan mengikatkan bendera suku di ujung tombak, dan dibawa orang paling berani dalam suku tersebut.
Dalam pertempuran, formasi pasukan Islam berubah ke bentuk melintang atau membujur. Pertempuran selalu dimulai dengan duel prajurit paling berani dari dua pasukan.
Philipp menuliskan bahwa kekuatan angkatan perang Islam tidak terletak pada jumlah atau jenis persenjataan, namun lebih ke moral yang tinggi.
Dengan moral yang tinggi, ditambah daya tahan khas padang pasir dan transportasi unta, pasukan Islam menyebar ke semua arah, mulai Mesir hingga Persia. (bpc4)