BERTUAHPOS.COM(BPC), PEKANBARU – Wanita kelahiran Banda Aceh, 16 Maret 1988 ini mulai menginjakkan kakinya di dunia ballet sejak usia 13 tahun, sambil melaksankan kewajibannya menjadi siswi SMP dia tetap semangat mengikuti kelas ballet di Royal Academic. Awal pertama Metasia belajar balet ditahun 2000 di kota Medan, dirinya belajar ballet selama lima tahun. Saat itu dia bergabung dengan anak-anak yang berusia dibawahnya, “Saya merasa down karena saya yang paling besar dikelas ballet, tapi dengan niat dan kerja keras saya mendapatkan hasil ujian ballet yang bagus sehingga saya bisa langsung naik kelas dan bergabung dengan kelas balerina yang seusia dengan sayaâ€, ungkapnya kepada kru bertuahpos.com.
Â
Dia menceritakan menari baginya adalah sebuah hobi, pengalaamannya mengikuti balet tidak semudah yang dibanyangkan, balet tidak sebanding dengan pengalamannya mengikuti modern dance,chiliders yang menurutnya tidak sesulit saat ia belajar balet. Katanya balet itu sangat susah namun setelah kita bisa balet baalet semua tarian akan menjadi sangaat gampang.†Saat awal mengikuti balet saya langsung suka dan memutuskan untuk melanjutkannyaâ€.
Selama lima tahun ia belajar balet sampai terakhir pada kelas intermediant. Setelah ia lulus SMA, dia sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke Universitas, “Tapi tante saya menyarankan agar saya menjadi guru belet di Pekanbaruâ€, katanya jika saya tidak mengikuti saran tantenya ia tidak mungkin seperti sekarang.
Tepat bulan September 2005 Metasia menginjakkan kaki dikota Pekanbaru, lalu ia mengajar dibeberapa sekolah balet di Pekanbaru, awal ia mengajar balet dia mendapatkan banyak komplain dari orangtua muridnya. Namun karena merasa ilmunya belum cukup, metasia memutuskan untuk belajar di Marlupi Dance Academy di Jakarta selama satu tahun sambil mengajar, seiring berjalannya waktu tepat tahun 2010, ia memutuskan untuk mengikuti Royal Academy Of London dengan mengambil program Certificate in Ballet Teaching Studies (CBTS) dari RAD London, “Jadi saat itu saya setahun sekali ke Jakarta untuk mengikuti ujianâ€, ujarnya
Tahun 2012 Metasia mendapatkan gelarnya, dan ditahun 2013 ia melaksanakan kelulusannya di London, hal yang menakjubkan pada saat dia di London dia bisa berjabat tangan langsung dengan sang idola Miss Darcey Bussell seorang professional ballerina yang karirnya telah mendunia.
Setelah ia mendapatkan CBTS dari Royal Academy Of London, dirinya memutuskan untuk membuka sekolah balet, tepat tahun 2013 ia membuka sekolah ballet En Point. Tujuannya mengajar balet yaitu untuk mengajarkan balet asli yang tidak asal-asalan dan dengan teknik yang benar sehingga nantinya para ballerina yang menjadi muridnya bisa lanjut ketingkat internasional. â€Salah satu murid saya Gabrielle Gozali telah lulus audisi di Houston Ballet Amerikaâ€, tambahnya
Menurutnya sampai saat ini masih banyak orang tua yang menganggap balet adalah kursus biasa sehingga mereka tidak mensupport anaknya untuk lebih menekuni balet, padahal sang anak sangat berpotensi didunia balet, itu lah yang menjadi dukanya seorang guru balet.
Namun saat ia melahirkan dua balerina yang berhasil menjuarai dance preak Indonesia. Dia semakin semangat untuk membuktikan kepada para orang tua muridnya bahwa anaknya memiliki potensi yang bagus didunia balet. Dance preak adalah kompetisi yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2015. Pesertanya bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari negara tetangga seperti Malaysia juga hadir pada perlombaan tersebut.
“Awalnya saya tidak mengharapkan murid saya menang, karena niat saya saat itu untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka, namun teryata puji tuhan kedua murid saya menjadi juara dance preak dan disitu pula kebanggaan luar biasa saya rasakan,†ungkapnya dengan wajah tersenyum.
Hingga kini kata-kata dari sang guru menjadi motivasi untuk dirinya. Menjadi seorang balerina profesional belum tentu bisa menjadi guru balet, dan belum tentu guru balet berasal dari seorang ballerina professional.
Penilis: Vina