BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Benteng Bonjol menjadi kubu terakhir pertahanan Kaum Padri dalam perang Melawan Belanda.
Benteng Bonjol terletak diatas sebuah bukit yang hampir tegak lurus. Benteng berbentuk segi panjang, dan memiliki dua lapis dinding pertahanan dengan tinggi tiga meter.
Antara dinding, ada parit dengan kedalaman empat meter. Dinding terluar terbuat dari batu kokoh. Benteng ini sangat kokoh, dan membuat Belanda sangat kesulitan.
Belanda mengepung Benteng Bonjol hampir tiga tahun lamanya (1835-1837).
Setelah sekian lama pengepungan yang tak berhasil, pada awal tahun 1837, Belanda mengirim Mayor Jenderal Cochius. Dia adalah ahli peperangan Benteng Stelsel yang berhasil memenangkan Perang Diponegoro.
Sejak 16 Maret hingga Agutus 1837, Belanda menyerang dari semua sisi, yang setiap sisinnya dipimpin oleh beberapa perwira.
Belanda mengerahkan 4,130 tentara pribumi yang terdiri dari berbagai suku seperti Madura, Jawa, Bugis, dan Ambon. Kemudian, ada 36 perwira pribumi, seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo, dan Karto Wongso Wiro Redjo.
Belanda juga mengerahkan 1,103 tentara Eropa, dengan 148 perwira. Pasukan gabungan ini Dipimpin Mayor Jenderal Cochius.
Tak cukup di situ, Belanda juga mendatangkan pasukan yang direkrut dari orang Afrika, yang terdiri dari 112 pasukan. Pasukan ini dipimpin oleh Kapitein Sinninghe.
Serangan beruntun, hujan peluru, dan artileri berat Belanda kemudian diarahkan ke Benteng Bonjol hingga enam bulan lamanya.
Serangan Belanda mulai menampakkan hasil. Sedikit demi sedikit, benteng mulai dikuasai.
Pada 3 Agustus 1837, Benteng Bonjol mulai dapat dikuasai pasukan terdepan Belanda, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Michiels. Hingga pada akhirnya, benteng ini takluk total pada tanggal 16 Agustus 1837.
Tuanku Imam Bonjol dapat mengundurkan diri dari Benteng Bonjol dengan diikuti pengikutnya, dan terus berjuang dengan cara gerilya. (bpc4)