BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau butuh kerja keras. Saat ini pemahaman (literasi) warga Riau tentang industri keuangan baru 29,45%. Sedangkan tingkat inklusi keuangan baru 69,45%.
Kepala OJK Riau, Muhammad Nurdin Subandi mengatakan, minimnya literasi masyarakat menjadi masalah utama sulit diberantas investasi bodong. Selalu saja ada korban karena lemahnya pemahaman tentang industri jasa keuangan itu.
“Persoalan utama yang dihadapi Indonesia adalah tingginya kesenjangan antara tingkat pemahaman (literasi) keuangan dengan tingkat akses (inklusi) keuangan,” katanya, Rabu (29/03/2017).
Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan oleh OJK tahun 2016 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 29,66%. Memang meningkat sebesar 7,82% dibandingkan tahun 2013.
Baca: OJK Sebut BPD Riau Belum Berperan Maksimal
Sementara indeks inklusi keuangan sebesar 67,82% meningkat 8,08% dibandingkan tahun 2013 yang keduanya masih didominasi oleh sektor perbankan. Untuk wilayah Provinsi Riau sendiri tingkat literasi keuangan sebesar 29,45%.
Tingkat inklusi yang tinggi, namun dengan tingkat literasi yang masih relatif sangat rendah menunjukkan bahwa, dalam mengakses atau membeli produk dan jasa keuangan, masyarakat belum sepenuhnya memahami karakteristik produk dan jasa keuangan itu.
“Hal ini dapat berdampak pada tingginya pengaduan terkait masalah-masalah, timbul dari kepemilikan produk keuangan tetapi tidak paham mengenai hak, risiko, manfaat dan kewajibannya, bahkan tidak mengerti bagaimana menghitung biaya maupun bunga,” tambahnya.
Penulis: Melba Ferry Fadly