BERTUAHPOS.COM, JAKARTAÂ – Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) masih terus berlangsung. Salah satu penyebabnya karena tingginya nilai impor minyak dan gas bumi (migas) khususnya bahan bakar minyak (BBM) Indonesia.
“Domestik, tekanan rupiah adalah berasal dari defisit transaksi berjalan. Ini karena migas, impornya masih besar, terutama untuk BBM,” kata Menteri Keuangan Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Selasa (30/7/2013)
Chatib mengakui sebelumnya sempat memprediksi rupiah akan menguat setelah kenaikan harga BBM Juni 2013 lalu. Alasannya konsumsi BBM diprediksi akan menurun dan berdampak baik terhadap impor migas.
“Konsumsi minyak menurun, impor juga akan menurun, permintaan valas Pertamina akan menurun, ini relatif akan membuat rupiah lebih stabil,” ujarnya.
Sejatinya dampak dari kenaikan BBM terhadap rupiah baru akan terasa bulan September sebagai faktor internal terhadap sentimen rupiah.
“BBM itu kan baru naik 22 Juni, nah dalam perdagangan. Karena itu efek dari kenaikan BBM akan terpengaruh. BBM efeknya baru akan kelihatan itu pada setelah bulan Agustus,” sebutnya.
Namun kenyataanya ada faktor eksternal yang tak bisa dicegah oleh pemerintah. Chatib berharap dari pergantian pimpinan The Fed di AS beberapa waktu kedepan akan mempengaruhi kebijakan AS nantinya.
“Ya masih ditunggu pengantian pimpinan The Fed, yang tentunya punya dampak berbeda,” cetusnya.
(detik.com)