BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sejumlah negara di Asia Timur sudah mulai terdampak terhadap perang dagang China-AS. Dampak yang begitu terasa terlihat pada aktivitas manufaktur negara-negara Asia Timur itu, seperti China sendiri, Jepang, dan Korea Selatan. Akibatnya ekspor ketiga negara tersebut jadi tertekan.
Hasil survei manajer pembelian, menunjukkan ada tekanan secara berkelanjutan pada tujuan ekspor oleh 3 negara tersebut. Jika melihat pada ekspor manufaktur China, terjadi perlambatan lebih dari setahun pada Agustus 2018 dengan susutan pesanan ekspor.
Kondisi serupa juga dirasakan Korea Selatan. Ada semacam peningkatan proteksionisme pasar AS dan dicemaskan kalau permintaan China turun, maka permintaan dari Asia juga ikut turun. Apalagi AS tahu kalau ekspor ke Asia berkontribusi besar terhadap ekonomi China.
” Balas-membalas tarif ini menyakiti ekonomi China jauh lebih besar daripada AS,” ujar Kepala Ekonom Dai-ichi Life Research Institute, Yoshiki Shinke, kepada Reuters, seperti dilansir dari CNNIndonesia.com.
Masalah lain yang juga muncul akibat adu kuat perekonomian ini menyebabkan terkikisnya banyak kepercayaan sebab semakin tinggi konflik akibat tarif naik dengan sendirinya akan menjatuhkan rantai pasokan global. Bahkan perang dagang diyakini akan bukit sektor investasi menjadi stagnan.
Apalagi, Presiden Ronald Trump segera terapkan kembali tarif baru setelah menerapkan tarif ekspor 50 miliar dolar AS dari China. Sedangkan ekonomi AS berdiri kokoh pada pondasi kuat, berkat kebijakan potongan pajak. Bahkan dalam situasi seperti ini, sejumlah analis menjelaskan kalau perekonomian AS sudah berada pada level puncak.
Namun ada juga yang memperkirakan kalau ekonomi AS hanya stabil pada beberapa kuartal mendatang. Setelah itu dampak perang dagang akan menjadi bumerang dan akan memukul perekonomian AS. (bpc3)