BERTUAHPOS.COM, JAKARTA —Sentimen positif atas pemilihan presiden membuat rupiah dan pasar modal kompak menguat meskipun bursabursa di dunia dan mayoritas nilai tukar mata uang di Asia terhadap dolar AS memerah.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Senin (7/7/2014), bahkan mendekati level 5.000 setelah menguat 83,2 poin atau naik 1,7% menjadi 4.989,03. Arus modal asing tercatat membanjir Rp760 miliar sehingga pasar modal menorehkan beli bersih Rp3,44 triliun.
IHSG mencatat penguatan harian tertinggi sejak 14 Maret, sedangkan di bursa Asia dan Pasifik, indeks mencetak kenaikan tertinggi.
Setali tiga uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot juga mencetak penguatan terbesar sejak awal Desember tahun lalu dengan membukukan kenaikan 1,35% menjadi Rp11.712 per dolar AS. Adapun kurs tengah BI juga menguat menjadi Rp11.787.
Di kawasan Asia Pasifik, hanya rupiah, yen dan yuan yang mampu mempecundangi dolar AS. Selebihnya takluk terhadap dolar AS yang ditopang perbaikan ekonomi negara dengan PDB terbesar di dunia.
Exit poll Pemilu di luar negeri yang memenangi salah satu pasangan capres dan cawapres, dinilai menjadi pendorong utama penguatan IHSG dan nilai tukar rupiah meski situasi ini masih bersifat spekulatif.
Analis PT Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan imbas sentimen positif exit poll Pemilu di luar negeri ini merujuk kondisi fundamental ekonomi saat ini tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi juga menyebutkan hasil exit poll menunjukkan kadar ‘kegalauan’ investor sudah mulai berkurang.
Senada, Albertus Christian, analis PT Monex Investindo Futures, mengatakan hasil hitung cepat pemilihan di luar negeri sesuai ekspektasi para investor. Namun, kondisi ini bisa disebut sebagai sentimen spekulatif yang masih bisa berubah sewaktu-waktu.
“Pergerakan dolar AS sebenarnya juga sedang menguat terhadap mata uang utama, tapi sentimen dalam negeri yang kuat membuat rupiah tetap menguat di tengah dolar AS yang perkasa,†ujarnya, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Selasa (8/7/2014).
Menjelang pilpres, rupiah diperkirakan terus mengalami fluktuatif. Setelah hasil pemilihan presiden, rupiah bisa menguat sampai level Rp11.500. Namun, bila presiden terpilih tak mampu memberi keyakinan atas pemulihan ekonomi maka rupiah bisa kembali jatuh.
Desmon menilai indeks juga berpeluang menguat menjelang Pemilu yang akan digelar Rabu (9/7). Dia memproyeksikan sehari sebelum Pemilu, IHSG akan berada di 4.900-5.000.
FAKTOR KEAMANAN
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai sentimen positif disebabkan oleh amannya situasi politik dalam negeri sebelum Pemilu digelar. Jika situasi setelah Pemilu pun tetap aman, maka indeks dipastikan tetap menguat.
“Di luar siapa yang menang, pengaruhnya adalah ke kondisi yang aman terkendali,†jelasnya.
William mengakui kondisi fundamental ekonomi dalam negeri belum membaik, tetapi unsur ini tertutupi situasi politik yang aman.
Meski, neraca transaksi berjalan harus terus dicermati dan cadangan devisa dijaga. Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan dalam jangka pendek bila situasi terus positif, rupiah bisa berada di level Rp11.500. Namun, fluktuatif masih terus berlanjut hingga akhir September.
Dia menyebutkan faktor-faktor yang membuat rupiah tetap fluktuatif sampai akhir September yaitu, momen mudik menjelang Lebaran, laporan neraca transaksi berjalan kuartal III, dan pembayaran utang negara.(Bisnis)