BERTUAHPOS.COM — Pada awal pekan ini, gelombang jual melanda pasar Surat Berharga Negara (SBN) akibat sentimen pasar global yang dipicu oleh data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Data tersebut menghidupkan kembali skenario ‘no landing’, sehingga mengurangi peluang penurunan suku bunga acuan Federal Reserve.
Selain itu, aksi jual tidak hanya terjadi di pasar SBN, tetapi juga di pasar valuta asing, di mana investor melepas rupiah baik di pasar spot maupun forward.
Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan mendadak lebih dari 1% dalam setengah hari perdagangan. Beberapa bank telah menjual dolar AS di kisaran Rp15.800-Rp15.900.
Berdasarkan data Bloomberg, dilansir dari Bloomberg Technoz, mayoritas SBN dari berbagai tenor mencatat kenaikan yield (imbal hasil), yang mengindikasikan adanya tekanan jual.
Yield SBN tenor 5 tahun naik 9,5 basis poin (bps) ke level 6,47%, diikuti SBN 10 tahun yang naik 7,5 bps ke level 6,70%. SBN tenor pendek 2 tahun, yang lebih sensitif terhadap pergerakan suku bunga acuan, naik 4,6 bps ke level 6,22%.
Bahkan, tenor lebih panjang seperti SBN 15 dan 20 tahun juga mengalami kenaikan yield masing-masing sebesar 7,2 bps.
Tekanan jual di pasar SBN ini mengikuti aksi jual besar-besaran di pasar surat utang AS (Treasury) pada Jumat lalu. Setelah data tenaga kerja AS menunjukkan peningkatan, investor menjual Treasury dalam volume besar hingga yield Treasury 2 tahun naik 22 bps.
Kondisi ini turut memberikan tekanan pada rupiah, yang terdepresiasi hingga 1,23% ke level Rp16.673/US$, menjadikannya salah satu mata uang yang paling melemah di Asia setelah ringgit dan baht.
Pada pukul 09.57 WIB, rupiah sempat menyentuh Rp15.685/US$. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak naik tipis 0,05% dan tertahan di kisaran 7.500,13 pada penutupan sesi pertama.
Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah untuk mengantisipasi dampak buruk sentimen global terhadap rupiah. BI melakukan intervensi di pasar spot, pasar forward, serta pasar SBN guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Perkembangan pasar global saat ini kurang menguntungkan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, akibat ketegangan di Timur Tengah serta data tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan,” kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto.
Kondisi pasar yang tidak stabil telah memicu kenaikan harga jual dolar AS di bank-bank domestik. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjual dolar AS di level Rp15.820 untuk transaksi TT Counter, sementara kurs beli ditetapkan sebesar Rp15.520. Untuk transaksi e-Rate, BCA menetapkan kurs jual sebesar Rp15.670 dan kurs beli di Rp15.650.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk menjual dolar AS di harga Rp15.600 untuk transaksi TT Counter dan Bank Notes, dengan kurs beli sebesar Rp15.250. Di Bank Rakyat Indonesia (BRI), dolar AS dijual di level Rp15.645 untuk transaksi di konter.
Bank asing seperti HSBC Indonesia juga menaikkan harga jual dolar AS, dengan banderol Rp15.825 untuk transaksi uang fisik dan Rp15.750 untuk transaksi transfer.***