BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARU – Sepanjang November 2017, TBS sawit di Riau turun. Penurun harga TBS itu memang tidak besar, namun cukup mengundang perhatian.Â
Hasil rapat penentuan harga TBS, Selasa (5/12/2017), terjadi penurunan harga TBS sebesar Rp 42,02/Kg atau mencapai 2,13% dari harga minggu lalu, sehingga harga TBS periode saat ini menjadi Rp 1.928,42/Kg.Â
Menurut Pengamat Ekonomi Pedesaan, Prof Dr Almasdi Syahza SE MP, jika harga TBS masih bertengger diharga Rp 1.500/Kg, maka ekonomi desa masih menggeliat.Â
Bagi masyarakat di daerah pedesaan, sampai saat ini usaha perkebuan merupakan alternatif untuk mengubah perekonomian keluarga, karena itu animo masyarakat terhadap pembangunan perkebunan masih tinggi.Â
“Usahatani kelapa sawit memperlihatkan adanya peningkatan kesejahteraan petani di pedesaan. Kegiatan pembangunan perkebunan telah menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi,” ujarnya, seperti dikutip dari sawitplus.com.
Dalam kajiannya, Almasdi Syahza menguraikan, dari hasil kajian memberikan gambaran bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit di daerah Riau telah memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pedesaan. Dimana pendapatan petani berkisar antara USD 4.630 sampai USD 5.500 per tahun. Â
“Selain itu, juga memberikan dampak terhadap percepatan pembangunan ekonomi masyarakat dalam upaya mengentaskan kemiskinan di pedesaan,” ujarnya.Â
Dampak aktivitas tersebut terlihat dari indikator, pertama, usahatani kelapa sawit telah dapat mengurangi ketimpangan pendapatan di daerah pedesaan. Kedua, tekanan penduduk tanpa subsektor perkebunan sudah melebihi kapasitas kemampuan lahan.
Indikator ketiga, daya dukung lahan (DDL) daerah Riau sangat tinggi sekali, pada tahun 2004 sebesar 129,3 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 138,77. Kelima, meningkatnya jumlah penduduk dalam batas-batas geografis telah menimbulkan tekanan yang berat terhadap sumberdaya lahan yang tersedia,Â
“Dan indikator kelima, meningkatkan jumlah uang beredar di daerah-daerah pedesaan,” sambungnya. “Kondisi ini menuntut kebutuhan masyarakat untuk berdirinya kelembagaan yang menangani kebutuhan suatu kelompok masyarakat,” ujar Almazdi.Â
Terlahir, keenam, perkebunan sawit masyarakat memberikan pengaruh eksternal yang bersifat positif atau bermanfaat bagi wilayah sekitarnya. Manfaatnya terhadap aspek sosial ekonomi antara lain adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, memperluas lapangan kerja. (bpc3)