BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia semakin serius mencermati peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang hampir menyentuh level 5% pada beberapa sektor.
Adapun, sektor konstruksi, pada Juli 2014 mencatatkan peningkatan rasio NPL hingga 4,43%, naik dari posisi 4,24% secara year on year. Sedangkan sektor pertambangan mencapai 3,09%, naik dari posisi 2,49% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, sektor perdagangan dan jasa sosial pada Juli 2014 masing-masing 3,06% dan 2,96%. Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengungkapkan antisipasi dan kajian yang dilakukan BI untuk mengantisipasi perluasan peningkatan pemburukan kualitas aset.
“Memang NPL masih cukup rendah, walaupun ada gejala kenaikan,” ungkapnya.
Halim mengharapkan agar industri perbankan melakukan langkah-langkah bersifat antisipasi, bisa dengan cara mengurangi ekspansi di sektor yang berisiko hingga melakukan restrukturisasi. Sementara itu, peningkatan kredit bermasalah untuk sektor pertambangan masih didominasi wilayah luar Jawa.
Untuk sektor konstruksi, lanjutnya, penyebaran wilayah yang mencatatkan pemburukan kualitas aset masih tersebar, akan tetapi BI masih melakukan kajian terhadap peningkatan tersebut. Namun tak menutup kemungkinan menurunnya kualitas aset konstruksi tersebut dominan disebabkan terbengkalainya proyek yang dikerjakan swasta.
Halim mengungkapkan pemburukan sektor konstruksi sebagian besar berada di bank pembangunan daerah (BPD). Hingga Juli 2014, indikator kredit bermasalah industri perbankan berada pada level 2,24%. BI menilai risiko kredit perbankan masih dalam batas aman sebab masih jauh di bawah batas aman 5%.
Pada kesempatan sebelumnya, Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk Juniman mengungkapkan jika kondisi perekonomian dihadapkan pada kebijakan yang ketat, maka hampir semua sektor mencatatkan perlambatan dan besar kemungkinan akan terjadi pemburukan aset.
Di tengah kondisi sektor real yang kurang baik, suku bunga yang cenderung tinggi, Juniman menuturkan agar industri perbankan menerapkan azas kehati-hatian.(Bisnis)