BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Penilaian dan asumsi terkait ucapan Walikota Pekanbaru Firdaus MT yang belum lama ini sempat mengatakan “Apa yang dibuat Risma, sedikit-sedikit taman, sedikit-sedikit taman, populer,” itu dinilai tidak benar oleh Prof. Dr. R. Siti Zuro, MA selaku senior researcher di Lembaga Ilmu Pegetauan Indonesia (LIPI).
Siti Zuro menilai, kepala daerah yang memang berkinerja menjadi modal awal bagi media untuk melakukan media framing atau melakukan opini publik yang positif dengan yang bersangkutan.
“Ini pastinya bukan menjelang kampanye. Kalo seperti Risma diberitakan (yang dikatakan Firdaus MT, red) itu sama sekali tidak benar. Apa yang dilakukan Risma, kami sebagai tim panel independen untuk menguji atau menjadi juri inovasi pelayanan publik bagi kementrian lembaga dan termasuk pemda, kita mendapatkan persentasi seperti yang terjadi disurabaya,” jelasnya.
Lebih lanjut, kata Siti Zuhro, tim panel tidak bisa percaya begitu saja dari persentasi seorang kepala daerah. Untuk itu merea diam-diam melacak kebenaran tentang trobosan-trobosan dan pelayanan publik yang yang sudah diberikan Ibu Risma. Semua itu terbukti ril konkrit. Kalo misalnya media memberitakan semacam apresiasi dengan memberitakan penilaian positif dan sebagainya, wajar. Tetapi akan tidak wajar, jika yang dilakukan media adalah politik pencitraan saja.
( Baca:Â Firdaus: Apa Yang dibuat Ahok? Baru Cuci-Cuci Parit Abis Itu Terkenal)
“Apa yang dilakukan Risma bukan politik pencitraan, memang dia pekerja, betul-betul bekerja untuk masyarakat Surabaya. Dan masyarakat Surabaya sangat sayang kepada Bu Risma,” tegasnya.
Ini membuktikan bahwa Risma melakukan sesuatu betul-betul untuk rakyat dan memberdayakan masyarakat.
Hal senada juga dikatakan Jayus, selaku Dosen Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) yang menilai, jika menyederhanakan Ahok sekedar cuci-cuci parit, itu terlalu menyederhanakan pernyataan.
“Ya, Ahok kan tidak gitu-gitu kali, tidak Gila popularitas. Sama wartawan ngamuk-ngamuk juga, maki-maki juga, sama dewan maki-maki juga. Biasa aja dia ngomong gitu, walaupun media merekam, rekamlah,” ungkap Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UMRI.
Tidak jauh berbeda, Budi Hermanto MH selaku mantan aktifis menilai, pernyataannya (Firdaus,red) tersebut dinilai menyindir Wartawan dan Media. Selain itu, Budi juga mempertanyakan perihal dia (Firdaus,red) mengatakan media itu Dewa.
“Perlu dipertanyakan, kenapa bicara seperti itu? Kok dia (Firdaus,red) tidak di Ekspos, padahal sudah berbuat. Apa karena dekat pemilihan kepala daerah (Pilkada)? Atau ingin dekat dengan Wartawan?,” tanya Budi kepada bertuahpos.com melalui telephone pribadinya, belum lama ini.
Ditambahkan Budi, boleh saja Walikota Bandung, Ridwan Kamil, Risma di Surabaya dan Gubernur DKI Jakarta, Ahok menjadi terkenal karena media, itu karena mereka memberikan dampak yang positif kepada masyarakat sehingga media dan Wartawan mengekspos mereka.
“Berbuatlah yang lebih baik, kalau mau di Ekspos. Nanti akan keluar dari mulut masyarakat, dan masyarakat yang akan menyampaikannya,” kata Budi yang juga mengajar Di Universitas Islam Riau (UIR).
Budi juga menilai, bahwa apa yang diperbuat Firdaus selama ini tidak ada apa-apanya. “Apa yang diperbuat selama ini? tidak ada apa-apanya. Saya melihat belum ada dampaknya kepada masyarakat, baik segi pembangunan maupun perekonomian. Tidak seimbang dengan APBD Pekanbaru,” ungkapnya.
( Baca:Â Netizen ‘Serang’ Firdaus Karena Kata Sambutannya Menyinggung Ahok)
Dapat dilihat, lanjut Budi, Pekanbaru semakin macet, tata kota semakin semraut, dan taman kota sendiripun dinilai Budi tidak layak.
 “Taman kota tidak layak karena hanya beberapa meter. Lebih tepatnya taman bunga,” tukasnya.
Budi juga sempat menyinggung terkait perubahan nama Pekanbaru kota Bertuah menjadi Madani. Pasalnya, dari dulu hampir setiap kota memiliki Semboyan khusus yang menjadi ciri daerah/kota tertentu, bahkan negara kita Indonesia memiliki Semboyan Khusus Bhinneka Tunggal Ika.
“Setiap kota/kabupaten ada ciri khasnya. Seperti Provinsi Riau di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dikenal kota Seribu Parit, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dikenal sebagai kota Seribu Kubah. Untuk Madani setahu saya dan di Wikipedia juga dapat dilihat, julukan Madani sudah dipakai di Provinsi Banten tepatnya Kota Serang,” jelas Budi.
Dalam hal semboyan kota atau kabupaten, kalimat pendek ini (biasanya dalam Bahasa Sanskerta atau bahasa daerah setempat) mengacu kepada suata makna tertentu yang memberikan semangat sekaligus ciri khas pada daerah tersebut.
“Bertuah itu artinya keberuntungan,” pungkasnya.
Seperti berita sebelumnya, Walikota Pekanbaru, Dr Firdaus MT menghadiri musyawarah Cabang (Muscab) IV Serikat Perusahaan Pers (SPS) sekaligus sebagai pembicara di Aula Hotel Aryaduta, Kamis (07/04/2016) lalu.
Dalam kesempatan ini, Firdaus menyampaikan besarnya peran media dalam membangun suatu daerah. “Di dalam dunia modern sekarang, siapa yang menguasai media dipastikan dia akan memenangkan kompetisi,†katanya dihadapan para pimpinan media se Riau serta perwakilan dari media nasional.
Dirinya mencontohkan seperti Presiden Jokowi saat ini. Menurutnya rahasia kesuksesan Jokowi salah satunya pada opini yang dibangun media. Yang semula Walikota Solo hingga melenggang jadi Gubernur DKI, terus berhasil sebagai Presiden. “Apasih yang dibuatnya di Solo? DKI? Sehingga menjadi presiden? Sudah pasti kekuatan media yang mengusung beliau dan ridho Allah SWT,†katanya.
Selain itu juga Firdaus menyebut peran media dalam membangun citra seorang kepala daerah sangat besar. “Apa yang dibuat Risma di sana? Begitu juga Ridwan Kamil? Apa yang mereka buat?†tanyanya.
Penulis: Arie
Â