BERTUAHPOS.COM, Indonesia sebagai negara berkembang sebenarnya sudah mulai masuk masa investasi, yaitu masa yang seharusnya jauh lebih maju secara ekonomi. Tetapi jika melihat masih banyaknya kasus investasi bodong yang terjadi selama ini, seperti kasus artis Ferdi Hasan minggu lalu yang harus merugi sampai milliaran rupiah karena terjebak oleh imbal balik dengan nilai yang sangat fantastis, ini membuktikan bahwa dewasa ini masyarakat Indonesia belum siap secara edukasi tentang investasi keuangan tersebut.
Kadang masih banyak diantara kita sendiri yang bingung memahami dan mengartikan investasi itu sendiri, kita malah lebih condong memperhatikan pada seputaran berapa hasil invest-nya, atau itu pasti tidak, dsb. padahal di sisi lain kita sendiri belum bisa membedakan dan memahami setiap produk investasi tersebut. Malah terkadang kita mendefinisikan antara passive income dan capital gain saja masih kurang tepat, sehingga pemahaman kita pun menjadi keliru.
Pertama-tama sebelum kita berinvestasi, kita harus memilih dulu investasi di jenis apa, Capital gain atau passive income (cashflow), Mudahnya passive Income itu adalah kita mendapatkan keuntungan tanpa kehilangan asset, contohnya menyewakan rumah, dll. Sedangkan Capital gain adalah keuntungan atau kerugian yang kita dapat dalam sebuah penjualan. Contohnya menjual rumah. Jadi seperti Emas dan Reksadana itu bukan passive income (cashflow), tetapi capital gain karena kita kehilangan asset kita. Disinilah kita seringkali keliru dengan menggolongkan emas dan reksa dana sebagai passive income.
Apakah salah dalam mendefinisikan itu bisa berpengaruh ? tentu saja, karena jika kita awal-nya sudah salah mengartikan sudah tentu hasil yang akan kita terima nanti juga akan berbeda. Nah sebagai pedoman mudahnya kita bisa berpegang di dua jenis investasi tersebut dalam menentukan produk investasi apa yang akan kita pilih selanjutnya.
A. Passive Income
berikut contoh-contoh investasi yang menghasilkan passive income,
– segala jenis usaha yang sudah berjalan dan memiliki sitem
– properti atau segala macam asset kita yang disewakan, seperti mobil yang kita titipkan di rent car, rumah dll.
– segala jenis aset kertas (reksadana, obligasi,dll) yang memberikan deviden
– bunga deposito bank
– pembagian royalti
– dll.
Didalam jenis-jenis investasi passive Income ini, mudahnya hal yang perlu kita perhatikan adalah fluktuatif-nya inflasi yang terjadi, uang pada dasarnya itu mempunyai masa dan akan menyusut nilainya dari hari ke hari, jadi kita harus membandingkan tingkat fluktuatif tersebut dengan keuntungan yang kita dapat. Di dalam segala jenis investasi passive income diatas, ada jenis yang diawasi OJK (otoritas jasa keuangan) dan ada yang tidak diawasi (resiko kita sendiri), yang diawasi adalah yang masuk lembaga-lembaga keuangan seperti saham, obligasi, dan deposito.
Contoh mudahnya begini, kita punya sepeda motor, nah sepeda motor tersebut kita sewakan terhadap tukang ojek, selanjutnya kita akan menerima passive income berupa sewa tiap harinya dari tukang ojek tersebut. Kalau kita dibantu OJK, berarti ada pihak lain yang mensurvei para tukang ojek tersebut layak atau bisa dipercaya tidak untuk menyewa sepeda motor kita, sehingga persewaan sepeda motor kita lebih aman, itulah perbedaanya.
Investasi passive income dapat dilakukan dengan cara berikut :
– Generate regular income
mudahnya kita memilih untuk mengatur sendiri investasi tersebut, tetapi ada resiko yang kita tanggung, kembali ke contoh diatas, jika kita menyewakan sepeda motor tadi ke tukang ojek, bisa saja tukang ojek tersebut tidak mendapat penumpang sehingga ujung-ujungnya pun tukang ojek tersebut nego untuk mengurangi biaya sewa kepada kita, sedangkan motor kita sudah dipakai satu hari sudah tentu nilai motor tersebut berkurang. Nah kerugian dari faktor fluktuatif (inflasi. dll) bisa saja terjadi di tiap waktunya sedangkan jumlah pokok yang kita Investasikan pun berkurang nilainya, dan semua resiko itu kita sendiri yang tanggung.
– Less Effort,
Mudahnya kita mempercayakan investasi kita kepada pihak lain (manager investasi) sehingga kita tinggal menikmati hasilnya, tetapi juga harus teliti tidak asal menyerahkan, harus kita cek dulu kredibilitas manager investasi yang kita gunakan tersebut. Memang hasilnya akan lebih kecil dari generate regular income.
B. Capital gain
Berikut contoh-contohnya :
– emas
– trading saham
– jual beli rumah
– jual beli mobil
– dll.
Di dalam jenis investasi ini, kita hanya bisa memperoleh keuntungan ketika menjual aset investasi tersebut. Pada dasarnya sih di ilmu Bisnis itu ada yang namanya Wealth Management dan financial pyramid, yang intinya secara mudah ketika kita menggunakan investasi di jenis capital gain ini, kita masih berada di tahap ’speculate (spekulasi), jadi resiko juga lebih tinggi kemungkinan profit dan loss tinggi, contoh bermain saham (jual-beli), Bermain saham ini memang rumit, yups tetapi sesuai dengan prinsipnya ‘High Risk High Return’ saham memang menjanjikan profit yang tinggi daripada investasi yang lain. ada dua teknik yang bisa digunakan untuk membaca pergerakan saham, yang pertama fundamental analis yaitu mempelajari fundamental perusahaan seperti neraca keuangan, dll, dan teknikal analis, yaitu membaca pergerakan pasar, yang tentu saja semua itu akan dipengaruhi oleh makro ekonomi Indonesia dan Luar negri.
Untuk yang pertama kali belajar saham, mungkin bisa mengambil saham bluechip (perusahaan besar dan stabil) untuk jangka panjang supaya resiko loss-nya lebih rendah, terus jangan mudah panik jika setiap bulan-nya harga sahamnya turun, karena sudah biasa di market itu ada pemain dengan modal besar yang ‘menggoreng’ (menggerakan) harga, tetep fokus hold (menahan) untuk jangka panjang sambil terus mengamati perubahan-perubahan terbaru. Untuk yang memang sudah mahir bisa mengambil waktu cepat, hitungan jam, hari, minggu dan bulan. tetapi harus tetap berpedoman kepada teknikal analis dan fundamental analis tadi sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan (jual/beli), harus mampu menyetabilkan emosi, rajin mencari informasi terbaru (up todate) dan peka terhadap fenomena-fenomena ekonomi.
Selain itu saham property juga cukup menjanjikan dan minim resiko dan bisa menjadi tujuan strategis bagi investasi kita, kita bisa invest di properti dalam negri atau di luar negri, seperti pasar saham properti Australia sekarang ini sangatlah menjanjikan , karena properti di sana tidak pernah over suply, kecuali jika pemerintah Australia memperlakukan kebijakan memotong subsidi pembeli properti dan menyetop imigran untuk tinggal di australia. Saham property Australia cukup menawarkan capital gain yang tinggi daripada saham property Indonesia sendiri, karena inflasi mereka juga sangat rendah antara 3-4%, sementara untuk jangka panjang sangat bagus juga mengingat jumlah penduduk di sana juga masih belum padat.
Selain itu juga bisa invest properti di fisiknya (rill), kalau rill lebih baik di dalam negri saja akan lebih mudah pengurusanya dan lebih rendah resikonya, Yups, investasi di riil properti ini juga sangat menjanjikan dewasa ini, pakai saja prinsip mudah seperti ini “business buy property, and property support business or generate more income“, jadi intinya kita bisa beli rumah untuk bisnis (disewakan,kos,dll) untuk menambah pemasukan kita, dan pemasukan dari sewa tadi dikumpulkan untuk membeli properti yang lain lagi, dan begitu seterusnya.
Logikanya semua orang itu tentunya ingin menjadi kaya, tetapi entah mereka sadari atau tidak mayoritas dari orang tersebut malah sudah memilih untuk menjadi biasa-biasa saja. Kenapa seperti iru ? Karena kebanyakan orang kurang menyadari bahwa mengatur keuangan dengan benar itu sangatlah diperlukan untuk masa depan kita dan keluarga, contohnya seperti investasi ini.
Maka dari itu akan lebih baik jika mulai sekarang kita memperketat pengeluaran, dan mengalokasikan sebagian dari dana kita tadi ke sebuah investasi, dengan begitu berarti kita sydah mencoba untuk menghasilkan tambahan pendapatan baru berupa passive income atau capital gain. Itulah yang akan membuat kita lebih disiplin dalam mengatur keuangan, tetapi jangan lupa keseimbangan juga tetap diperlukan, dimana kita sudah berjuang mengetatkan anggaran, di satu sisi kita juga harus menghadiahi diri sendiri dengan suatu apresiasi berupa ‘kesenangan’.
Hidup memang harus dinikmati, tetapi apabila kita bisa mencapai target yang kita harapkan di waktu yang kita tentukan, meskipun harus hidup dengan gaya biasa dan susah, harus tetap kita lakukan mengatur lebih baik keuangan kita tersebut, jika itu demi kebaikan di masa mendatang. Kita memang bukan orang kaya, dan masih banyak orang yang jauh lebih kaya dari kita, tetapi kita akan menemukan rasa bahagia jika kita telah berada di jalur yang sudah tepat dan sesuai dengan rencana finansial kita. Semoga Bermanfaat.(Ekonomi.kompasiana.com)