BERTUAHPOS.COM, INHU – Dodol Kedondong Raeesa, salah satu home industri yang berada di jalan Rumah Tingkat no 03, Kota Rengat. Dodol kedondong Raeesa sudah berdiri sejak 15 tahun yang lalu ini merupakan resep turun temurun.
“Alhamdullillah sudah 15 tahun lah sudah ada, dan saat ini penjualan kita sudah sampai juga ke luar Rengat, tapi kalau memenuhi kebutuhan rengat itu agak kewalahan, karena permintaan banyak,” ujar Alan kepada bertuahpos.com, Kamis, (11/9/2014).
Alan menjelaskan bahwa saat ini pembuatan dodol kedondong masih dengan cara tradisional. Namun ia berencana untuk pengunaan alat untuk meningkatkan produksi dodol kedondong.
“Yang namanya home industri sekarang ini masih dikerjakan oleh manual dan belum modern, ke depannya bisa menggunakan alat dan bisa menambah produksi dan bisa dikirim keluar. Sekarang ini saja dalam wilayah rengat saja kita kewalahan, belum lagi kalau kayak ada yang pesan buat acara Porprov dan kita pasti lembur,” jelasnya.
Berdasarkan keterangan Alan, untuk satu kali produksi menghasilkan 100 kotak dodol kedondong dengan menghabiskan sebanyak 1,5 karung kedondong.
“Kita memang tidak setiap hari kita berproduksi. Karena mengupas dan merebus kedondong saja sudah makan waktu satu hari. Belum lagi memasak. dodolnya yang memakan waktu 1 hari juga,” terangnya.
Selain dodol kedondong, Alan sendiri juga membuat dodol tomat dan dodol cempedak. Namun untuk dodol cempedak sudah tidak diproduksi dikarenakan kurang tahan lama sedangkan untuk dodol kedondong ini bisa tahan sampai 3 bulan.
“Untuk sekarang kita coba buat inofasi baru dengan menciptakan dodol dari bahan lain, memang kedepannya ada tapi sekarang ini masih belumlah. Untuk tomat saat ini masih mahal, kalau sudah ada harganya yang turun, kita akan produksi lagi,” kata Alan.
Untuk harga dodol kedondong sendiri di patok harga Rp 17.000/kotaknya. Namun, jika dijual di bandara maupun minimarket dijual mencapai Rp 20000/kotak karena harga tersebut berdasarkan pemilik toko.
Ketika ditanyai mengenai kendala dalam memasarkan dodol kedondong, Alan mengatakan tidak ada kendala yang berarti karena masih bisa diatasi bersama. Saat ini yang ingin dicapai Alan adalah pembelian mesin untuk bisa meningkatkan produksi.
“Permasalahan tidak ada dan dodol kita Alhamdulillah sudah dikenal, cuma kedepannya kita akan butuh mesin. Kalau yang biasa sekali produksi 1 kali masak, adanya mesin bisa menjadi 2-3 masak dan bisa kita produksi keluar inhu, karena kalau manual ini kadang kita masih kewalahan,” jelasnya lagi.
Untuk keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dodol adalah 50:50. Sebanyak 50 persen dari penjualan yang sudah terjual itu sudah disisihkan, sedangkan 50 lainnya untuk kebutuhan lainnya.
“Kita disini juga menggaji empat anggota dengan gaji 200 ribu/harinya dan tidak digaji perbulan, karena produksi kita kan tidak setiap hari.
Untuk mendapatkan kedondong dirinya tidak begitu sulit karena sudah mempunyai kebun sendiri sebanyak 24 batang. “Kedondong sendiri disini tidak susah didapatkan, kadang petani ada yang menawarkan dan kita beli.” (iqbal)
Â